Rabu, 23 Desember 2009

IBUKU SEEKOR KUCING

Lala dan Lili tidak pernah tahu siapa ibu mereka . Yang mereka ketahui hanyalah selama ini keduanya selalu ditemani dan diasuh oleh seekor kucing , hingga semua orang mengenal kucing sebagai ibu Lala dan Lili.

Ketika keduanya menginjak remaja tentu saja keadaan ini membuat mereka merasa tidak nyaman . Keduanya malu ber ibu kan seekor kucing. Hingga pada akhirnya Lala dan Lili memutuskan untuk mencari ibu baru.

“Siapa yang pantas menjadi ibu kita kak,” Tanya Lili

“Siapapun itu yang penting bukan kucing jelek itu,” jawab Lala dengan ketus

Tiba-tiba Lili mendapat ide,” bagaimana kalau kita minta sang matahari untuk menjadi ibu kita….. semua orang mengaguminya karena selalu menyinari dunia.”

“Aku setuju, ayo kita pergi mencari sang matahari.”

Kedua kakak beradik itu kemudian pergi menemui sang matahari dan memintanya menjadi ibu mereka. Namun ternyata Sang matahari menolak,” Aku bukan seperti yang kau bayangkan. Cahaya terangku memang sangat berguna bagi manusia di dunia , namun tidak akan ada artinya lagi kalau awan sudah datang dan menutupi tubuhku . Jadi saranku, awan lah yang pantas menjadi ibu kalian.”

Jawaban yang hampir sama diberikan oleh awan ketika Lala dan Lili dengan lantang memintanya untuk menjadi ibu mereka,” Aku memang bisa menutupi matahari, tapi ketika melewati gunung aku tidak akan lagi terlihat. JAdi kalau menurutku, gunung lebih hebat dari ku, dan dia lebih pantas menjadi ibu kalian.”

Lala dan Lili berpikir sejenak sambil beristirahat karena kelelahan dalam perjalanan menemui matahari dan awan. “Benar juga apa yang di katakan awan kak, lihatlah gunung yang tinggi menjulang itu. Orang akan menghormati kita yang beribukan gunung yang nampak gagah dan kuat.”

“Aku tidak seperti yang kalian bayangkan,” jawab gunung ketika Lala dan Lili memintanya menjadi ibu mereka,” tubuhku rapuh karena selalu digerogoti oleh tikus, jadi menurutku tikuslah yang lebih kuat dariku , mintalah ia sebagai ibu kalian.”

Lala dan Lili pergi menemui tikus,”wahai tikus, kau begitu hebat karena bisa menggerogoti tubuh gunung yang kuat dan menjulang tinggi itu. Kami berdua kagum padamu, maukah kau menjadi ibu kami.”

“Mana bisa aku menjadi ibu kalian , yang harus melindungi kalian dari segala marabahaya. Diriku saja masih kesulitan untuk menyelamatkan diri dari kucing. JAdi menurutku kucinglah yang pantas menjadi ibu kalian.” Jawaban tikus ini menyadarkan Lala dan Lili bahwa apapun ibu mereka walaupun itu hanyalah seekor kucing ternyata tetap terbaik dan tidak akan pernah tergantikan oleh apapun juga.

SELAMAT HARI IBU 22 DESEMBER 2009

Minggu, 06 September 2009

CELENGAN AYAM

Celengan ayam
OLEH : ASTRI DAMAYANTI

Minggu pagi yang cerah tapi tak secerah wajah Bela dan adiknya, Aldo. Kedua kakak beradik itu nampak bosan duduk-duduk di depan TV sambil sesekali menggonta-ganti chanel.
“Seharusnya hari minggu begini kita pergi berlibur.” Kata Aldo dengan wajah cemberut.
“Iya, masa kita hanya di rumah saja. Coba kita bisa pergi berenang di water boom,” Bela juga ikut mengeluh seperti adiknya.
“Makanya kalau mau pergi berenang kalian harus menabung dong. Ini ibu belikan celengan ayam.” Sahut ibu ketika masuk ke dalam rumah.
Bela dan Aldo menghampiri ibunya dan berebut ingin membantu membawakan tas belanjaan ibu. Ketiganya berjalan menuju dapur. Setelah menaruh belanjaan, ibu memberikan celengan ayam pada Bela dan Aldo.
“Celengan ayam jago buat Aldo dan ayam betina untuk Bela. Mulai sekarang kalian harus rajin menabung kalau ingin ke water boom liburan nanti.” Pesan ibu ketika memberikan celengan.
Ayah juga menambahkan,” Siapa yang paling pintar menabung, ayah akan memberikan tambahan uang sebesar tabungan kalian. Jadi kalau misalnya bela dapat seratus ribu, nanti ayah akan memberi tambahan seratus ribu lagi.”
Sejak hari itu Bela dan Aldo berlomba-lomba mengisi celengan ayam masing-masing. Keduanya sangat berhemat dan membelanjakan uang jajan mereka hanya untuk hal-hal yang sangat penting.
Pada suatu hari mbok Yana, pembantu mereka menangis di belakang rumah. “Sepertinya mbok sedang ada masalah,” tanya Bela
“Iya non, anak mbok di kampung sedang sakit dan minta kiriman uang lagi.”
“Kenapa tidak minta sama ibu saja mbok,”
“Mbok malu, gaji mbok yang bulan depan saja sudah mbok minta dan sudah mbok kirim ke kampung seminggu yang lalu. Ternyata biaya rumah sakitnya sangat mahal jadi uang yang mbok kirim kemarin kurang.”
Mendengar orang tua yang sudah mengurusnya selama bertahun-tahun itu bersedih Bela menjadi sangat kasihan,”Sebentar ya mbok.”
Bela berdiri dan masuk ke dalam kamar. Ia mengambil celengan ayam, dengan hati-hati mencongkel lubang tempat memasukkan uang hingga sebagian celengan itu terbuka dan membentuk lubang. Dari lubang yang ada Bela mengambil satu persatu uang kertas dan uang logam di dalam celengan. Sesekali ia mengguncangkan celengan memastikan di dalamnya sudah kosong.
Aldo yang melihat tingkah laku kakaknya bertanya keheranan,” Lho kakak mengambil uang tabungan?”
“Iya, ada seseorang yang sedang membutuhkan uang ini.” Jawab Bela sambil merapikan uang-uang yang berserakan di meja. Setelah dihitung ia segera berdiri dan keluar tanpa mempedulikan Aldo yang masih terbengong-bengong di depan pintu kamar Bela.
Bela menyerahkan uang dari dalam celengannya pada mbok yana,” Mbok bisa ngirim uang ini ke kampung. Memang nggak banyak jumlahnya, tapi Bela harap bisa sedikit membantu anak mbok.”
“Ya ampun, non. Sebanyak ini uang siapa. Nanti salah-salah malah mbok yang dimarahi sama ibu.,”
“Tenang saja mbok, ini uang tabungan Bela di celengan.”
“Terima kasih ya non.” Mbok Yana menangis haru menerima uang dari Bela.
Aldo yang masih penasaran mengikuti Bela dan mengawasi apa yang dilakukan kakaknya dengan uang dari celengan ayam miliknya. Karena penasaran Aldo mencegat dan menanyai Bela ketika kakaknya itu masuk ke dalam rumah.
“Kakak ini bodoh atau apa sih, ngumpulin uang lagi kan susah, memangnya kakak nggak mau pergi ke water boom.”
“Ya kepingin pasti. Aku kan bisa mulai ngumpulin uang lagi. Celengan ayamku kan masih bisa di lem, jadi setiap hari aku masih bisa mengisinya lagi.”
Menjelang liburan tiba ayah dan ibu meminta Bela juga Aldo membawa celengannya masing-masing. Di ruang makan kedua celengan itu dibuka. Bisa dipastikan celengan Aldo lah yang paling banyak jumlahnya. Aldo berhasil mengumpulkan Dua ratus liam puluh ribu rupiah seddangkan Bela hanya mengundapatkan lima puluh lima ribu rupiah.
“Berarti Aldo yang menang,” teriak Aldo kegirangan,” Ayah janji kan mau nambahin uang Aldo sebanyak isi celengan ayam ini.”
“Dulu ayah kan bilangnya siapa yang paling pintar menabung yang akan ayah beri tambahan, bukan berarti yang paling banyak lho,” kata ayah yang membuat Aldo dan Bela bingung.
“Maksud ayah……….” Tanya Bela ingin tahu.
“Ayah tahu kalau Bela sudah membongkar celengannya dan memberikan uang itu pada mbok yana, benarkan Bela.”
“Iya ayah,” Bela takut kalau-kalau ayah akan marah dengan tindakannya itu.
“Ayah bangga dengan apa yang dilakukan Bela. Ia tahu kalau mbok yana lebih membutuhkan uang itu.”
“Jadi kak Bela dong yang menang.” Aldo jadi sedih.
“Dua-duanya menang, karena kedua anak ayah sama pintarnya menabung, jadi ayah akan memberikan tambahan masing-masing dua ratus lima puluh ribu.”
“Tapi janji ya, nanti kalian harus ,membayar uang masuk dan jajan dengan uang kalian sendiri,” tambah ibu.
Menabung itu baik, tapi akan sangat baik kalau kita juga tahu bagaimana menggunakan uang tabungan itu .

Kamis, 27 Agustus 2009

MAINAN LUNA

Jangan pernah menyia-nyiakan mainan, karena mainan itu akan diselamatkan oleh bidadari yang melewati pelangi. Percaya atau tidak tapi inilah yang dialami oleh Luna. Anak kelas dua SD yang sangat ceroboh. Setiap hari selalu ada saja mainannya yang rusak atau berceceran di hampir semua ruangan di rumah.

“Au……….Luna……………,” teriak mama ketika kakinya menginjak tangan boneka yang sudah putus di sofa.

Kejadian serupa sudah sering terjadi di rumah Luna. Terkadang Papa yang menemukan sisir mainan di depan pintu, atau mama yang menemukan kepala boneka di dapur. Masih banyak lagi mainan Luna yang tersebar di dalam rumah. Hal ini membuat Papa dan Mamanya kesal, bahkan Mama pernah mengancam akan membuang semua mainan Luna dan tidak akan membelikannya lagi.

Ternyata bukan hanya Papa dan Mama saja yang kesal, mainan-mainan yang ditelantarkan oleh Luna juga sangat kesal. Suatu hari ketika Luna tidak ada di rumah mainan-mainan itu mengadakan sebuah pertemuan rahasia di dalam kamar Luna.

“Aku sudah tidak tahan lagi, setiap hari Luna selalu mencopoti tangan dan kakiku dan meletakkannya di sembarang tempat.” Dengan geramnya boneka barbie berkata.

“Aku juga. Sudah lama sekali badanku sobek dan dacron yang ada dalam tubuhku berhamburan, tapi Luna tidak pernah peduli. Padahal aku dulu adalah boneka kesayangannya. “ Boneka panda nampak sedih melihat keadaan dirinya.

“Kalau saja aku bisa berjalan sendiri, aku memilih pergi dari sini, itu lebih baik dari pada berserakan di lantai dan terinjak-injak oleh penghuni rumah ini.” Mainan masak-masakan ikut menambahkan.

“Memang sudah waktunya kita berbuat sesuatu untuk kehidupan kita yang lebih baik .” Kata boneka Raja dengan penuh wibawa.

Diantara sekian banyak mainan Luna terdapat sebuah boneka Raja dan Boneka Ratu. Sesuai dengan namanya kedua boneka itu menjadi raja dan ratu bagi mainan Luna. Boneka Raja adalah sebuah boneka yang bijaksanan begitu juga dengan boneka ratu. Setiap persoalan yang dihadapi oleh mainan di kamar Luna bisa di selesaikan dengan baik berkat boneka raja dan boneka ratu.

Sepertinya permasalahan yang dihadapi oleh mainan Luna kali ini adalah sebuah masalah besar. Semua mainan terdiam memikirkan apa yang bisa mereka lakukan untuk bisa keluar dari permasalahan ini. Untunglah saat itu di luar sedang turun hujan sehingga udara di dalam kamar terasa sejuk yang bisa mendinginkan hati semua mainan yang ada di di situ.

“Hai lihat……….. di luar ada pelangi.” Teriak boneka monyet kegirangan ketika di luar hujan berangsur-angsur reda dan muncul pelangi di langit.

“Aku tahu…….. kita bisa minta bantuan pelangi.” Usul boneka ratu.

“Usul yang bagus boneka ratu, aku yakin pelangi pasti mau menolong kita.” Boneka kain nampak bahagia.

Boneka raja melongok ke jendela dan berbicara pada pelangi,” Hai pelangi, tolonglah kami. Keluarkan kami dari sini. Bawa kami pergi , kami sudah tidak tahan lagi kalau harus tinggal lebih lama lagi dengan Luna. Anak itu sangat nakal dan seringkali menyia-nyiakan kami.”

“Baiklah kawan-kawan semua, aku akan menolong kalian, tapi aku tidak bisa membawa kalian pergi tanpa bantuan bidadari. Sebentar ya! Aku akan mengajak bidadari kemari.” Jawab pelangi dan tak lama kemudian menghilang menuju ke rumah bidadari di atas langit.

Semua boneka di dalam kamar Luna terlihat lega . Mereka yakin pelangi dan bidadari akan menolong mereka semua. Sekarang mereka nampak sedang bersiap-siap, agar nanti kalau pelangi dan bidadari datang mereka bisa langsung pergi.

Ternyata pelangi menepati janjinya, ia datang kembali dan kali ini membawa bidadari. Di langit nampak bidadari berjalan di atas pelangi menuju kamar Luna. Semua boneka bersorak gembira.

“Hore....... kita bebas.”

“Aku akan membawa kalian ke negeri atas langit dan kalian bisa hidup bahagia di sana selamanya. Sekarang berbarislah kalian dengan rapi, peganglah selendangku dan kita akan pergi dengan berjalan diatas pelangi.”

Bidadari memberikan salah satu ujung selendangnya pada boneka ratu. Di belakang boneka ratu telah berbaris semua mainan yang ada dikamar Luna. Walaupun mainan tapi mereka bisa berbaris dengan rapi tanpa berebutan. Boneka Raja berbaris paling belakang agar bisa melindungi semua mainan.Rombongan itu kemudian berjalan di atas pelangi mengikuti bidadari menuju negeri aras langit.

Sementara itu betapa terkejutnya Luna ketika pulang kerumah dan melihat semua mainan di dalam kamarnya sudah tidak satu pun.

“Mama........ dimana semua mainan ku.” Tangis Luna meledak.

“Mana mama tahu.”

“Pasti mama kan yang membuangnya. Pokoknya aku mau Mama membelikanku mainan lagi yang baru.”

“Tidak akan pernah Luna. Karena mama tidak pernah merasa membuang mainannmu.”

“Kalau begitu siapa dong yang membuang mainan Luna.”

Seisi rumah Luna tidak ada yang tahu kemana perginanya mainan Luna. Termasuk Luna sendiri.

“Aku mau mainanku,” tangis Luna

“Dulu waktu mainan itu masih ada kau sia-siakan , sekarang setelah mainan itu tidak ada kau tangisi.” Sindir mama.

“Aku nyesel ma...... aku janji kalau mainan itu ketemu aku mau merawat mereka dengan baik.“

“Kalau begitu kamu harus mencari mereka, karena mama dan papa tidak mau membelikan lagi mainan buat kamu.”

Kemanapun Luna mencari ia tak akan pernah menemukan mainannya. Tapi Luna tidak tahu kalau mainannya di bawa oleh bidadari lewat jalan pelangi lho. Maukah kalian memberi tahu Luna?

TIPS MENDONGENG

1.Ciptakan suasana yang penuh keakraban dan menyenangkan
2.Sampaikan cerita dengan intonasi yang baik
3.Pancing pendapat anak, agar ia memahami isi cerita
4.Sentuhan kasih sayang sangat mendukung keakraban antara orang tua dan anak.
5.Jika mendongeng pada anak usia dibawah 5 tahun, cukup selama 3-5 menit, karena lebih dari itu konsentrasi anak akan buyar.
6.Dalam sekali mendongeng tidak harus selesai satu buku, bisa saja dilanjutkan lain waktu jika ternyata anak sudah terlihat bosan.

Minggu, 16 Agustus 2009

Taman rahasia

Sebuah surat dari masa depan diterima Saskia ketika membuka emailnya.

3 Pebruari 3232
Dear semuanya,
Hari ini aku sangat bahagia hingga aku ingin membagikan kebahagianku ini pada semua orang. Termasuk kalian yang ada di zona waktu masa lalu. Kalian tahu apa yang membuatku bahagia? Sebuah taman rahasia, terdiri dari tanaman hidup di dalam sebuah tong di sebuah bangunan rusak bekas laboratorium. Benar-benar taman rahasia yang selama ini tidak aku beritahukan pada siapapun.

Pohon cabe yang aku tanam tumbuh. Ini menakjubkan. Setelah sekian lama tidak bisa melihat tanaman hidup, akhirnya sekarang aku benar-benar memilikinya. Bukan hanya satu, tapi ada puluhan pohon yang masih sangat kecil yang aku tanam di dalam pot berisi tanah. Kalian pasti heran dari mana aku bisa mendapatkan tanah subur yang bisa menjadi media tanam bagi pohon cabeku.

Di seluruh dunia ini semua tanah pecah-pecah dan menggumpal berwarna merah, memang sudah tidak ada lagi tanah yang tidak terkontaminasi zat kimia hingga tak ada satu pun tanaman bisa hidup. Jadi di manapun kalian berada pastilah kalian ingin sekali melihat bagaimana rupanya sebuah pohon hidup. Ya! benar-benar hidup.

Terkadang aku merasa iri dengan orang-orang di zona waktu masa lalu. Mereka bisa dengan mudahnya menanam segala macam tanaman di manapun mereka suka. Menikmati buah-buhan dan sayuran segar kapan pun sebanyak mereka mau. Sementara kita di zona waktu masa depan ini hanya bisa merasakan buah-buahan dan sayuran dari ekstrak buatan yang serba instan. Di masa kami sekarang ini tak ada lagi petani yang bekerja di sawah atau ladang untuk menanam padi, sayur mayur dan palawija. Yang ada sekarang adalah para ahli kimia yang sibuk dengan segala ramuan ekstrak untuk makanan kami. Tak ada lagi yang alami di sini. Sawah dan ladang sudah berganti dengan laboratorium.

Kami hanya bisa melihat padi, jagung, kangkung, cabe, bunga mawar dan lainnya dari replika di musium. Jadi bisa dibayangkan betapa bahagianya aku sekarang ini karena bisa melihat cabe hidup hasil tanamanku sendiri. Oh ya..... dari tadi kalian pasti bertanya-tanya dari mana aku mendapat tanah subur.

Beberapa bulan yang lalu kebetulan aku tersesat di sebuah bangunan tua di dekat apartemenku. Awalnya aku ketakutan mencari jalan keluar dari bangunan yang tadinya adalah sebuah laboratorium yang sudah lama ditutup ini. Tanpa sengaja aku menabrak sebuah tong bekas yang ternyata di dalamnya berisi tanah. Aku terkejut karena tanah yang kutemui kali ini terlihat gembur dan berwarna kehitaman.

Di sekitar tempat itu juga berserakan bungkusan yang sudah kotor. Aku coba mengambilnya satu dan kubersihkan. Ternyata bungkusan bergambar pohon cabe dan setelah aku buka di dalamnya berisi biji cabe. Hatiku berdebar karena gembira dan takjub. Aku sedang memegang biji cabe sungguhan!

Aku keluar dari tempat itu dan membuka internet mencari segala informasi tentang tanaman cabe. Keesokan harinya aku kembali ke tempat itu walupun sebenarnya di depan pintu masuk sudah di pasangi tanda dilarang masuk. Tapi aku masuk lewat sebuah lubang kecil yang aku lalui ketika pertama kali dulu.

Biji cabe itu aku sebar di atas tanah di dalam tong. Setiap hari aku menyelinap masuk untuk menyiram dengan air yang aku ambil dari kran kecil yang sudah berkarat. Pada hari ke tiga biji itu mulai pecah dan memutih. Bisa dibayangkan kegembiraanku saat itu begitu besar dan aku belum berani membagi kebahagiaan pada orang lain termasuk kedua orang tuaku.

Hari berganti hari dan tanaman cabeku tumbuh semakin besar. Hari ini aku baru bisa membagi kebahagian ini pada kalian semua karena cabe itu telah benar-benar berbuah dan berwarna merah. Sekarang aku baru tahu kalau ternyata bangunan tempatku bertanam cabe ini dulunya adalah sebuah laboratorium yang melakukan penelitian tanah. Sayangnya sebelum penelitian itu berhasil disebar luaskan, seluruh isi bangunan ini lebih dahulu hancur karena gempa.

Barangkali setelah ini aku akan mendapat penghargaan dari dunia. Tapi itu tak seberapa dibanding dengan tanaman yang kumiliki saat ini. Aku berjanji akan memelihara tanah subur didalam tong yang sangat sedikit ini.

Seandainya saja aku bisa hidup di zona waktu masa lalu, maka aku akan memelihara dan menjaga kekayaan alam yang begitu banyak itu agar bisa dinikmati oleh anak-anak yang hidup di masa depan. Jika kalian yang hidup di zona masa lalu bisa membantu kami, anak-anak yang hidup di zona masa depan, jagalah tanah, air dan juga udara yang kalian nikmati, peliharalah pohon-pohon di hutan dan tanamilah tanah subur yang kalian miliki dengan tanaman.
Salam dari zona masa depan

PESAN MORAL
1.Menjaga kelestarian lingkungan akan sangat berguna di masa depan.
2.Apa yang dikisahkan dalam surat dari masa depan itu akan benar-benar terjadi jika dari sekarang kita tidak memelihara lingkungan dengan baik.

Jumat, 31 Juli 2009

Buaya Mencari Gajah

Kebodohan akan menyesatkan kita dan membawa kita pada kehancuran

Pak Buaya sudah terkenal sebagai binatang yang rakus dan serakah. Setiap hari tak kurang dari seekor kambing atau paling tidak sepuluh ekor bebek habis ia makan. Tentu saja ini membuat resah binatang-binatang yang seringkali minum dan mencari rumput di pinggir sungai. Mereka harus ekstra hati-hati kalau tidak mau menjadi santapan Pak Buaya.
Untuk menjaga kelangsungan hidup para binatang yang tinggal di sekitar sungai,maka mereka berkumpul dan mengadakan rapat. Pak kambing yang ditunjuk untuk memimpin rapat itu karena ia dianggap lebih pintar diantara binatang yang lain.
“Kita harus menyingkirkan Pak buaya dari sungai ini agar kita dan seluruh keluarga kita bisa hidup tenang.” Kata Pak kambing membuka rapat.
“Benar…….. tapi bagaimana caranya, Pak Buaya sangat buas dan tak seekor binatang pun yang berani padanya,” seru babi dengan lantang.
“Untuk itulah kita semua berkumpul disini. Kita pecahkan masalah ini bersama.” Sahut bebek
“Bagaimana kalau kita lawan saja Pak Buaya, aku yakin kalau kita semua yang ada disini pasti akan bisa mengalahkannya.” Usul sapi.
Kambing menggelengkan kepala tanda tidak setuju,” Kita tidak perlu melawan kekerasan dengan kekerasan pula. Bisa jadi kita semua akan binasa dan mati dengan sia-sia.”
“Benar kata Pak Kambing, sebanyak-banyaknya binatang yang melawan Pak Buaya pasti akan kalah melawan Pak Buaya karena teman-teman Pak Buaya juga banyak jumlahnya. Mereka akan menganggap kita semua sebagai hidangan pesta yang lezat.” Tambah bebek.
Semua binatang yang ada di dalam rapat itu terdiam sejenak. Mereka semua berpikirmencari cara yang tepat untuk mengalahkan pak buaya dengan cara yang aman. Hingga akhirnya Pak Kambing menemukan jalan keluarnya.
“Aku tahu sekarang apa yang harus kita lakukan,” seru Pak kambing memecahkan keheningan itu.
“Aku yakin ide pak kambing pasti cemerlang.” Kata sapi tak sabar,”ayo cepat katakan pada kami semua, pak kambing.”
“Begini…… kita semua tahu, Pak Buaya adalah binatang yang rakus. Tapi ia bodoh. Besok aku akan pergi ke pingggir sungai, akan aku pancing agar ia mau menemui gajah.”
“Hati-hati pak kambing, jangan sampai kau yang menjadi santapan pak buaya besok.” Si kelinci memperingatkan.
Keesokan harinya Pak Kambing pergi ke pinggir sungai. Ia memang sengaja berlama-lama disana menunggu hingga pak buaya muncul. Tapi pak kambing selalu waspada akan kemunculan pak buaya yang tiba-tiba.
Benar saja, tak lama kemudian pak buaya berjalan menuju ke arah pak kambing. Sebelum pak buaya mendekatinya, pak kambing segera menyapa,”Aku tahu kau hari ini sangat lapar pak buaya, tapi kalau kau akan menyantapku, pasti kau akan menyesal dikemudian hari, karena aku tahu dimana ada binatang yang sangat besar yang bisa membuatmu kenyang dan tidak makan selama satu minggu.”
“Oh ya…….. dimana aku bisa mendapatkan binatang itu.” Pak Buaya yang rakus, selalu tidak sabar kalau mendengar ada makanan yang banyak.
“Tenang dulu……. Binatang itu namanya gajah. Ia tinggal dii hulu sunagi ini, tempatnya memang agak jauh dari sini, tapi kalau kau sudah mnemukan gajah, aku jamin kau pasti akan suka. Jumlah mereka disana sangat banyak sehingga kau tidak perlu khawatir kelaparan, tidak seperti disini. Binatang disini kecil-kecil dan jumlahnya juga semakin sedikit karena hampir setiap hari kau selalu memangsanya.” Bujuk pak kambing.
“Kalau begitu aku akan pergi ke sana. Terima kasih atas informasimu pak kambing.”
Pak buaya berjalan menuju hulu sungai. Walaupun sebelumnya ia belum pernah melihat gajah, tapi ia sangat yakin kalau dirinya akan menemukan gajah dengan mudah, dan sepertinya memang benar. Di hulu sungai sekelompok gajah sedang minum air sungai. Pak buaya mengamati mereka dengan seksama dan dengan wajah gembira.
“Pasti ini yang namanya gajah. Ternyata pak kambing tidak bohong, mereka sangat besar. Kalau aku memakan satu saja diantara mereka, maka kau akan merasa kenyang selama satu minggu.” Pikir pak buaya.
Tanpa membuang-buang waktu pak buaya berjalan ke arah gajah-gajah itu. Ketika sudah hampir dekat salah satu dari gajah-gajah itu melihatnya. Sadar akan bahaya yang mengancam salah satu dari gajah yang paling besar mendekati pak buaya dan menginjaknya dengan salah satu kakinya.
Karena tidak menduga sebelumnya pak buaya tidak sempat lagi menghindar atau melakukan perlawanan. Sehingga dengan mudah pak buaya mati terinjak oleh gajah.

Pesan moral: Pak buaya yang rakus sangat senang mendengar ada makanan yang besar, sayangnya ia bodoh sehingga tidak tahu seberapa besar gajah yang ternyata justru bisa menghancurkan dirinya.

Menolong Kelinci

Pagi yang cerah di hutan belantara. Angin semilir yang sejuk membawa aroma harum bunga-bunga di hutan. Embun-embun di dedaunan terasa dingin menyegarkan. Burung-burung berkicau bersautan membentuk paduan suara menyanyikan lagu selamat pagi pada seisi hutan belantara.
Kancil berjalan-jalan menikmati suasana pagi yang indah itu. Langkahnya ringan sambil berdendang. Sesekali ia menyapa binatang lain yang ditemuinya. ”Suaramu indah sekali cucak rawa, nyanyianmu membuatku merasa bahagia.”
“Terima kasih kancil, semoga harimu bahagia selamanya.” Jawab Cucak Rawa dengan bangga menerima pujian Kancil.
Ketika melewati rumah kelinci, Kancil berhenti sejenak, dilihatnya kelinci sedang membawa masuk beberapa ikat wortel.”Mau aku bantu kelinci, sepertinya kau keberatan.”
“Oh, dengan senang hati. Terima kasih sebelumnya kancil.” Kata kelinci sambil memberikan sebagian bawaannya pada kancil.
“Kau mau membuat pesta rupanya kelinci?” tanya kancil ketika melihat di dalam rumah kelinci ternyata terdapat bertumpuk makanan.
“Bukan begitu kancil, semua makanan ini bukan untuk pesta, tapi aku memang sengaja menyimpan makanan ini sebagai persediaan. Sebentar lagi keponakanku yang tinggal di goa dekat danau akan datang. Sepertinya mereka akan tinggal di sini, mungkin untuk sementara waktu atau mungkin juga untuk selamanya.” Jawab kelinci dengan raut muka sedih.
Kancil merasa ada sesuatu yang membuat temannya ini sedih,”Mengapa wajahmu menjadi sedih begitu, kalau kau mau bercerita tentang hal yang membuatmu sedih, aku akan menjadi pendengar yang baik. Siapa tahu aku bisa menolongmu.”
“Sebagian besar keluargaku tinggal di goa dekat danau. Ibu, ayah juga saudara-saudara dan keponakanku tinggal di goa dekat danau. Sesekali aku menengok mereka atau mereka yang datang kemari. Semalam keponakanku datang kemari dan bercerita kalau ayah, ibu dan juga saudara-saudara satu-persatu telah dimakan oleh harimau.Tinggallah kini keponakan-keponakanku yang masih kecil-kecil. Mereka takut tinggal di goa itu lagi. “
“Keterlaluan harimau........ aku akan memberinya pelajaran.” Si Kancil sangat marah mendengar cerita kekejaman harimau. Ia kemudian berdiri dan berpamitan pada kelinci.
“Kau mau kemana Kancil?” tanya kelinci cemas.
“Tentu saja mencari harimau, aku harus membuatnya kapok. Kau tenang saja kelinci, aku ini binatang pintar, jadi aku punya seribu cara untuk memberi pelajaran pada semua binatang. Harimau memang ganas, tapi ia bodoh. Taring dan kukunya yang tajam pasti bisa dikalahkan oleh otakku yang cemerlang.”
Pagi sudah beranjak siang, Kancil meneruskan perjalanannya. Burung-burung sudah pergi dari tempatnya bertengger untuk mencari makan. Untunglah Kancil bertemu dengan burung gelatik, sahabat yang selalu siap menolongnya.Saat itu gelatik juga telah bersiap pergi mencari makan.
“Aku memerlukan bantuanmu gelatik.” Panggil Kancil.
“Dengan senang hati sahabatku. Katakan apa yang bisa aku lakukan untukmu.” Jawab gelatik sambil terbang ke arah Kancil.
Kemudian Kancil membisikkan sesuatu pada gelatik. Burung kecil itu menganguk-angguk tanda setuju dengan apa yang diucapkan kancil. Setelah itu burung gelatik melesat terbang ke udara, sedangkan kancil tetap di tempat itu dan beristirahat di bawah pohon.
Beberapa saat kemudian dari kejauhan terdengar suara auman harimau, pertanda binatang yang ditunggu kancil sejak tadi sudah datang. Kancil pun bersiap-siap untuk menyambutnya, ia duduk bersila sambil komat-kamit seolah sedang mengucapkan mantra. Harimau berjalan semakin mendekat.Ketika sudah berada di hadapan kancil, binatang buas itu mengaum keras kemudian duduk dihadapan kancil. Ia tidak berani mengganggu kancil.
Sementara itu kancil yang tahu targetnya sudah tiba, ia segera membuka mata dan berkata,” Aku tahu maksud kedatanganmu kemari harimau, kau ingin menambah kekuatanmu agar bisa menguasai seisi hutan ini, betul?”
Harimau semakin yakin bahwa Kancil sekarang telah menjadi dukun yang sakti karena bisa menebak maksud kedatangan sebelum ia sendiri mengatakannya,” Betul dukun kancil, tadi aku bertemu dengan gelatik dan ia bercerita kalau kau....... eh........ maksud saya anda sekarang telah menjadi dukun yang sakti yang bisa memberikan kekuatan kepada siapa saja.”
“Oh...... tapi itu tidak mudah harimau, ada syaratnya, dan aku sangsi apakah kau bisa memenuhi persyaratan itu, karena aku dengar kau sudah berbuat banyak dosa dengan membunuh keluarga kelinci yang ada di goa sehingga kau sekarang telah banyak dosa.” Kata Kancil dengan serius seolah-olah ia adalah dukun sakti.
“Katakan syaratnya, seberat apapun akan aku lakukan, asal aku mendapat kekuatan itu.”
“Sebenarnya kekuatan itu bersumber dari gong kecil yang menggantung pada pohon di atas kepalaku ini. Tapi sesuai petunjuk gaib yang datang padaku hanya binatang yang tidak berdosa saja yang bisa memukulnya dan mendapat kekuatan itu.”
“Aku akan mencobanya Kancil,”
“Ini bukan untuk coba-coba, ini barang keramat, apa kau mau menanggung akibatnya kalau ternyata justru terjadi sesuatu yang mengerikan.” Jawab kancil tegas.
“Aku siap kancil.”
“Baiklah, aku akan menyingkir sebentar, dalam hitungan kesepuluh pukullah gong itu, tapi kalau ternyata terjadi sesuatu yang mengerikan itu berarti dosamu masih sangat banyak, jadi kau harus segera berlari ke danau dan meminta ampun pada keluarga kelinci dan berjanji untuk tidak berbuat jahat lagi pada seisi hutan belantara sebagai usaha penghapusan dosamu. Kau siap?”
“Ya aku siap.”
Kancil mulai menyingkir dan berhitung,” satu........ dua......... tiga...........”
Pada hitungan kesepuluh harimau mulai memukul gong yang dikatakan kancil, yang sebenarnya adalah sarang labah-labah. Dalam sekejab sekawanan lebah menghambur keluar, harimau yang tidak menyangka apa yang akan terjadi teringat pesan kancil. Ia pun segera lari secepat kilat menuju danau dan menceburkan diri kedalamnya.
“Maafkan aku keluarga kelinci dan seisi hutan belantara, aku berjanji tidak akan mengganggu kalian lagi. Aku kapok. Mulai sekarang aku akan berbuat baik untk menebus dosaku.” Teriak harimau. Sementara itu kawanan lebah sudah tidak lagi mengejar harimau.

PESAN MORAL Harimau memang binatang yang kuat, tapi ia menggunakan kekuatannya itu untuk kesenangannya sendiri dan tidak memepedulikan kesengsaraan binatang lain seperti kelinci.
Keinginan harimau untuk menambah kekuatan pada kancil yang berpura-pura menjadi dukun sakti adalah cermin ketidak puasan dalam dirinya yang malah membawa kesialan bagi dirinya.

CERITA INI ADA DALAM BUKU “DONGENG FAVORIT SI KANCIL”, Astri Damayanti, INDRIA PUSTAKA 2009.

Gelombang Cinta

ditulis: Astri Damayanti

Tidak ada satupun rumah di desa Bondan Sari yang tidak punya Pohon Gelombang Cinta. Tanaman anthurium yang satu ini seolah menjadi tanaman wajib didesa itu. Belum bisa dibilang orang kaya didesa itu kalau belum punya pohon Gelombang Cinta yang besar walaupun ada jenis lain dari pohon anthurium yang berada di halaman rumah mereka..
Ukuran kasta di desa ini seolah telah ditentukan oleh keberadaan pohon Anthurium. Kalau dirumahnya hanya ada pohon gelombang cinta kecil berarti termasuk pada golongan menengah kebawah dan begitu sebaliknya. Pokoknya semakin besar pohon Anthurium yang dipajang di kebun rumah seseorang maka orang itu boleh dibilang semakin kaya.

Bukan berarti pohon ini yang mendatangkan uang sehingga orang akan menjadi kaya kalau memilikinya,tapi harga pohon ini yang mencapai jutaan rupiah. Harganya jauh melebihi emas. Sampai-sampai pemilik pohon ini harus selalu mengamankan hartanya yang satu ini dari incaran maling.
Setiap malam pohon ini dimasukkan di dalam rumah, pengamannya sama dengan sepeda motor, harus dikunci pakai gembok bahkan ada yang sampai diberi alarm. Jaman sudah terbalik, kalau dulu di desa ini orang menganggap sapi sebagai harta benda yang berharga, justru sekarang sapi dibiarkan begitu saja dikandang pada malam hari, karena tidak ada juga pencuri yang tertarik pada sapi, bahkan sepeda motor pun aman. Kalaupun ada perampokan sekarang ini justru orang memilih merampok pohon Gelombang Cinta.

Pak Trimo dulu memang mantan Lurah di desa ini. Jadi tidaklah mengherankan kalau ia termasuk salah satu orang terkaya . Sawahnya saja ada lima hektar, mobilnya ada dua belum lagi sapinya yang ada di kandang belakang rumahnya ada sepuluh ekor. Semua hartanya itu sekarang ini tidak bisa menjamin dirinya dibilang orang terkaya di desa itu karena ia belum punya pohon gelombang cinta yang besar.

“Lha…… ini baru namanya tanaman eksklusive yang bisa meningkatkan harkat dan martabat,” Pak Trimo terkagum-kagum pada pohon gelombang cinta yang ia lihat pada lembaran koran lokal yang dibacanya. ” Coba lihat bu, belum ada orang yang punya pohon begini di desa kita.” Dengan semangat ia memperlihatkan gambar itu pada istrinya, sampai-sampai ia menjulurkan kepalanya hingga hampir bersentuhan dengan kepala istrinya.

“ Ya mana bisa aku lihat, lha wong bapak malah nutupi begitu,”
Pak Trimo menarik kepalanya sambil tersenyum dan akhirnya ia menyeruput kopi yang sudah hampir dingin. “Gimana bu, hebat tho.”
“ Hebat……apanya yang hebat……..lha wong cuma pohon sama daun yang lebar-lebar begini kok dibilang hebat.”
“Lha justru itu, daunnya yang lebar itu yang hebat bu.”
“ Hebat itu kalau berbunga lebat atau berbunga duit.”
“Sudah ndak jaman itu bu, pohon bagus dilihat dari bunganya. Pokoknya bapak mau beli pohon ini, kebetulan nanti nurserinya ini ada juga lho di pameran di alun-alun kabupaten.”
“Lha terus harganya berapa itu pak?”
“Ibu ini pakai tanya harga, kalau beli pohon ini ndak usah mikir harga. Kalau Bapak suka ya berapa saja akan bapak bayar.”
“ Wong Kenthir ………”
Dikebunnya Pak Trimo ada beberapa koleksi anthurium seperti Jemani, huckery dan juga Gelombang Cinta .Tapi semuanya masih kecil-kecil. Ia ingin punya gelombang cinta yang besarnya melebihi pohon Pak Seno, Lurah Bondan Sari sekarang Tapi harganya sangat mahal. Ia harus rela menjual sebuah mobilnya atau beberapa ekor sapinya untuk mendapatkan pohon itu. Tapi ia tahu istrinya pasti akan sangat marah kalau hal tersebut dilakukannnya.
Hingga pada suatu hari akhirnya Pak Trimo nekat untuk menjual secara diam-diam tujuh ekor sapinya yang besar-besar untuk membeli pohon gelombang cinta.
“Sur…..besur,” Pak Trimo berteriak-teriak mengelilingi halaman belakang mencari tukang kebun kepercayaannya.
“Ada apa Pak,” Besur datang dengan tergopoh karena ia tahu juragannya ini akan marah kalau ia tidak segera muncul.
“Kamu bawa tujuh sapi yang dikandang pakai truk,” Pak Trimo berkata sembari berbisik ditelinga Besur,” Trus kamu jual ke pasar hewan di Kecamatan.”
“Lha…..untuk apa tho Pak. Nanti kalau ketahuan ibu malah saya yang dikira maling.”
“Makanya cepet, biar ndak ketahuan ibu. Pokoknya nanti sebelum ibu pulang pasar kamu harus sudah selesai ngangkuti sapi itu kedalam truk trus langsung berangkat ke pasar hewan. Nanti aku nyusul ke sana.”
Begitu uang hasil penjualan sapi itu berada ditangannya maka Pak Trimo segera bergegas ke pameran tanaman hias di kota Kabupaten untuk membeli tanaman kebanggaannya itu.
“Wah ………ini……..baru yang namanya gelombang cinta beneran ,Pak.” Besur terkagum-kagum ketika melihat pohon-pohon anthurium yang besar-besar yang selama ini tidak pernah ada didesanya.” Pantas bapak langsung jual sapi. Hebat ini Pak”
Pak Trimo merasa sangat tersanjung. Ini baru di puji Besur apalagi kalau nanti seisi desa sudah tahu. Semua orang pasti tak akan habis-habisnya menyanjung pak Trimo.Sekarang Pak Trimo boleh merasa bangga karena Pohon Gelombang Cinta miliknya adalah pohon terbesar yang ada didesanya.
Sejak pohon itu datang dengan diantar mobil pick-up semua perhatian penduduk didesa sudah tertuju pada pohon itu. Begitu tanaman tersebut ditempatkan disebuah pot besar yang berkaki tinggi ,dihalaman rumah Pak Trimo yang luas dan diikat dengan rantai serta digembok, orang-orang dari seluruh penjuru desa tak henti-hentinya datang untuk melihatnya.
“ Pak Trimo beli gelombang cinta raksasa,” begitu kabar yang tersiar di seluruh penjuru desa. Dengan cepatnya kabar itu sudah beredar dari mulut-kemulut. Seisi desa tua, muda, besar, kecil berduyun-duyun menuju rumah Pak Trimo.
Semua orang berdecak kagum dan memuji kehebatan Pak Trimo karena bisa mendapatkan pohon Gelombang Cinta terbesar yang pernah mereka lihat dan berbagai komentar pun bermunculan.
“Harganya ini pasti mahal ya.”
“Pasti ratusan juta”
“Katanya Pak Trimo jual sapi Tujuh.”
“Hebat Pak Trimo ini.”
“Wah.........pohonnya gagah. Sudah tinggi besar potnya juga besar pakai kaki tinggi lagi. Ndak ada pohon segagah ini.” Yu Sarju tetangga sebelah rumah Pak Trimo terkagum kagum dengan pemandangan baru disamping rumahnya.
“Sampeyan iki edan opo, yu, lha wong pohon kok gagah. Gagah mana sama bojone sampeyan?”
“Lha kalau kita, ini bisa buat makan sepuluh tahun.”
“Lha wong potnya saja bisa buat kita makan sekeluarga selama tiga bulan
“Iya…..ya……sayang kalau duit segitu banyak cuma buat beli pohon.”
“Mau keluar duit berapa saja yang penting kan dapat pujian orang sedesa”
“Lha kalau aku ya mikir-mikir.”
****************************
Kegembiraan dan kebanggan Pak Trimo kali ini bertolak belakang dengan perasaan yang kini dirasakan oleh istrinya. Bu trimo sangat marah dan menganggap suaminya sudah gila karena menghamburkan uang sebegitu banyaknya hanya untuk membeli sebuah pohon. Bagi bu Trimo harga dari sebatang pohon itu tidak sebanding dengan harga se ons daging sapipun yang dibelinya dipasar apalagi ini untuk mendapatkannya suaminya harus menjual tujuh ekor sapi. Ia menganggap suaminya dan orang-orang didesa ini yang memujinya sudah tidak waras.
“ Bapak ini apa sudah gila ya.” Bu Trimo marah - marah pada suaminya.”Kok bisa-bisanya sapi tujuh dijual semua Cuma buat beli daun gede begitu.”
Dengan tenang Pak Trimo meneruskan makan siangnya,” Lha ya biar tho, bu. Nanti kita beli sapi lagi kalau sawah kita panen. Lagi pula yang aku jual itu sapi yang laki-laki. Yang perempuan kan lagi hamil sebentar lagi juga beranak.”
“Aku pikir dulu yang beli pohon seperti itu ya cuma Londo Edan. Eh...........ternyata ini malah bapak yang jadi Londo edannya.
Pak Trimo menanggapi istrinya dengan tenang seolah tanpa dosa,” Lha mbok ya sudah tho bu. Biarpun ibu marah-marah toh sapinya sudah terlanjur aku jual dan pohonnya sudah di beli. Mbokya diterima saja.”
“E......e......e lha kok enak’e. Ya ndak bisa gitu. Pokoknya ibu ndhak terima ini Pak.”
“Kalau ndhak terima ya sudah.” Dengan santainya Pak Trimo menjawab istrinya dan meninggalkan meja makan yang masih berantakan, langsung kehalaman depan untuk memandangi pohon kesayangannya itu bersama-orang-orang desa yang datang silih berganti.
Bu Trimo ingin memberi pelajaran pada suaminya dan juga orang-orang didesanya yang sangat memuja pohon konyol tersebut. Ia sudah membuat rencana yang akan mulai dijalankannya subuh nanti.Sebelum semua orang bangun bu Trimo sudah sibuk di dapur untuk memasak sarapan buat seluruh anggota keluarganya. Kali ini ia siapkan sarapan istimewa bagi Pak Trimo.
Begitu Pak Trimo bangun dan sholat subuh istrinya langsung menyambut dengan secangkir kopi dan sepiring makanan kecil yang dia hidangkan. Pak Trimo agak heran dengan makanan yang dihidangkan kali ini yang disebut bu Trimo sebagai lumpia daging sapi fatamorgana.
“Lha ini makanan apa tho bu, sepertinya baru kali ini aku lihat. Seperti lumpia tapi kok besar sekali.”
“Itu resep baru, hasil modifikasi ibu, namanya lumpia daging sapi fatamorgana.Dicoba, pak” bu Trimo menyodorkan sepiring lumpia pada suaminya.
“Uenak..........gurih..........wah, pinter tenan ibu ini. Rasanya ndak seperti daging sapi.”
“Lha itu.........itu makanya aku kasih nama Lumpia daging sapi fatamorgana, jadi daging sapinya itu ndak ada pak.”
“Kalau ndak ada kenapa namanya pakai daging sapi.”
“Karena asalnya dari daging sapi Pak.”
“ Sik.......sik...........aku kok jadi curiga ini, maksudnya ibu itu apa tho.’Pak trimo segera menyadari ada yang tidak beres dari pembicaraan istrinya
“Maksud ibu isinya itu dibuatnya dari daun yang kemarin bapak beli itu.”
“Lha kok bisa.”
“Iya .........tadi pagi semua daunnya tak petik’i sampai habis, terus tak iris-iris..............”.
“Waduh bu................,” raut muka Pak Trimo jadi memelas seperti anak kecil yang kehilangan mainannya, ia mengiba-iba pada istrinya,”Sudah bu, sudah jangan dilanjutkan lagi ceritanya ndak kuat aku dengarnya bu.”
“Oh..........ndak bisa..........masih mangkel aku ini pak. Jadi......ya........ habis tak iris terus tak rebus dan tak ulek sampai alus.” Roman muka bu Trimo terlihat puas akhirnya bisa melampiaskan kekesalannya selama ini pada suaminya.
Pak Trimo nangis sesenggukan mendengar istrinya cerita,”Tega kamu bu......” Saking terkejutnya Pak Trimo akhirnya jatuh pingsan begitu tahu kalau daging sapi fatamorgana yang dimaksud istrinya adalah daun gelombang cinta yang kemarin baru dibelinya. Bu Trimo memang memetik semua daun pada pohon gelombang cinta kebanggan suaminya itu hingga habis dan tak tersisa satupun.

DAFTAR ISTILAH Wong Kenthir=orang gila
Sampeyan iki edan opo, yu=kamu ini gila apa, kak
bojone sampeyan= suami kamu
Londo Edan=Orang Belanda dijaman penjajahan yang gila
lha kok enak’e=kok ke-enakan
mangkel=marah,sebel,dendam,kesal

Senin, 08 Juni 2009

Batu Gantung (SUMATRA UTARA)

Apa yang kita pikir baik belum tentu baik juga bagi orang lain

Kalau kita berkunjung ke danau toba di Sumatra utara, maka akan kita lihat sebuah batu yang menyerupai seorang manusia yang tergantung pada sebuah tebing di pinggiran danau toba, tepatnya di daerah parapat. Ada sebuah kisah yang diyakini oleh penduduk setempat sebagai asal-usul terjadinya batu gantung tersebut.

Dahulu ada sebuah keluarga yang mempunyai seorang anak gadis. Ketika usianya menginjak dewasa, orang tua si gadis menjodohkan anaknya dengan seorang pemuda yang masih kerabat dekat. Akan tetapi si gadis menolak karena ia tidak mencintai laki-laki itu, namun dalam hati ia merasa kasihan pada kedua orang tuanya yang pasti akan mendapat malu jika menolak perjodohan tersebut.

Berhari-hari si gadis bersedih hati. Setiap hari ia selalu murung ketika berangkat ke sawah. Ia tak tega pada orang tuanya jika melihat dirinya murung. Maka setelah selesai bekerja di sawah gadis itu tidak segera pulang, melainkan duduk termenung di pinggiran danau toba dengan ditemani oleh anjing kesayangannya yang bernama Si Gipul. BArulah ketika matahari sudah hampir terbenam ia dan si gipul pulang kerumah.

Pada suatu hari si gadis pulang ke rumah pada saat senja tiba. Cahaya matahari sudah tak ada lagi sedangkan bulan belum bersinar. Jalan yang dilalui si gadis begitu gelap dan ia berjalan sambil terus melamun hingga ia tidak melihat ada sebuah lubang besar dihadapannya, tak dapat dielakkan lagi dirinya terperosok masuk ke dalam lubang yang sangat dalam. Si Gipul anjingnya yang setia menggonggong berulang-ulang seolah minta tolong pada-orang-orang untuk segera datang.

Sementara itu didalam lubang, si gadis tidak nampak ketakutan, justru ia berpikir,” Mungkin lebih baik kalau aku mati, sehingga orang tuaku tidak harus menanggung malu karena menolak perjodohanku. “
Si gadis melihat sekeliling. Lubang sempit itu sangat gelap dengan dinding batu yang mengelilinginya. Dengan lantang gadis itu berteriak, ” Wahai dinding tanah merapat............ merapat ........... merapat.”

Suara si gadis terdengar hingga di luar lubang. Di sana telah banyak orang-orang yang berkumpul dengan membawa obor dan tali untuk menyelamatkan si gadis. Mendengar teriakan si gadis mereka mengira si gadis minta tolong untuk diselamatkan. MAka salah seorang dari mereka menjawab,” Sebentar nak, lubang ini terlalu sempit untuk di masuki oleh dua orang, tali yang kami bawa pun tidak cukup mencapai bawah. Bersabarlah barang sesaat menunggu datangnya tali yang kami ambil dari kampong.”

Namun si gadis tetap saja berteriak “merapat ......... Merapat.........” sebenarnya ia berharap dinding disekitarnya merapat sehingga tubuhnya akan mati di dalam lubang tersebut. Mendengar teriakan si gadis yang tidak ada hentinya tersebut, maka orang-orang itu kemudian menamakan tempat tersebut dengan nama Parapat.

Menjelang pagi si gadis masih terus berteriak. Hingga akhirnya terdengar suara gemuruh. Tanah di sekitar tempat tersebut bergoncang, sedikit demi sedikit lubang tersebut menutup, lama kelamaan semakin rapat dan akhirnya tidak terlihat lagi adanya sebuah lubang.

PEristiwa itu rupanya ramai dibicarakan oleh-orang-orang, bukan saja dari dea tempat tinggal si gadis melainkan dari desa tetangga. BAnyak orang berdatangan ketempat bekas lubang tersebut untuk sekedar menyaksikan kebenaran berita yang beredar. Semakin lama semakin banyak orang berdatangan, hingga banyak pula orang-orang yang bedagang disekitar tempat tersebut.

Lama setelah peristiwa itu berselang, disekitar danau toba terjadi gempa. Tebing-tebing batu berguguran, termasuk tebing tempat si gadis meninggal. PAda tebing tersebut masih tersisa sebuah batu yang menggantung dengan bentuk menyerupai seorang manusia. Batu itu diyakini sebagai gadis yang mati didalam lubang bertahun-tahun yang lalu.

PESAN MORAL
Niat Baik orang tua Si Gadis dengan menjodohkan anaknya ternyata berakibat tidak baik bagi Si Gadis dan hal ini justru menjadi sumber malapetaka bagi keluarga mereka.

Ande-Ande Lumut (JAWA TIMUR)

Perlu suatu kerja keras untuk meraih sebuah impian

Putra mahkota kerajaan Banyuarum, pangeran Kusumayuda pada suatu ketika melakukan perjalanan untuk melihat keadaan masyarakat di negerinya. Dalam perjalanan tersebut ia bertemu dengan seorang gadis desa yang cantik jelita. Saat itu keduanya berpapasan di suatu keramaian pasar. Baik Pangeran Kusumayuda maupun Gadis yang bernama Kleting Kuning itu hanya dapat saling memandang tanpa bisa berkenalan satu dengan lainnya.

Sesampainya kembali di kerajaan, Pangeran Kusumayuda selalu teringat akan wajah gadis yang ditemuinya tersebut. Hari demi hari yang dilakukan oleh Pangeran Kusumayuda adalah melamunkan gadis desa itu. Mbok Rondo dadapan yang telah menjadi pengasuhnya sejak kecil menjadi khawatir akan perubahan sikap Pangeran Kusumayuda.

“ Apa yang sedang Pangeran pikirkan,” tanya Mbok Rondo Dadapan pada suatu hari.

“Aku ingin bertemu dengan gadis desa yang aku lihat di pasar dulu itu mbok. Menurut firasatku dialah calon istriku kelak.“

“ Kalau Pangeran berkenan, Mbok punya ide. Bagaimana kalau kita adakan sayembara saja.”

“Tapi aku tidak mau nantinya gadis itu mencintaiku karena aku seorang Pangeran.”

“Kalau begitu Pangeran menyamar saja menjadi pemuda desa dan mengadakan sayembara di desa yang dekat dengan tempat gadis tersebut tinggal.”

“Usul yang bagus itu mbok.” Jawab Pangeran Kusumayuda dengan gembira.

Akhirnya Pangeran Kusumayuda menyamar menjadi pemuda desa yang bernama Ande-Ande Lumut anak Mbok Rondo Dadapan. Sayembara mencari jodoh bagi ande-ande lumut segera dilaksanakan. Banyak gadis-gadis cantik dari berbagai desa datang ke desa Dadapan tempat Ande-Ande Lumut tinggal.

Berita tentang sayembara tersebut terdengar juga oleh Kleting Kuning. Namun demikian ia tidak tertarik untuk mengikutinya. Hatinya sudah tertambat pada Pangeran Kusumayuda sejak pandangan pertama mereka bertemu. Ketika ketiga kakak tirinya yaitu Kleting Abang, Kleting Hijau dan Kleting Biru sibuk berdandan, dirinya malah sibuk dengan pekerjaan rumah.

“Kami pergi dulu ya Klething Kuning........ kamu di rumah bersih-bersih yang rajin ya.... siapa tahu diantara kita bertiga ada yang terpilih menjadi istri Ande-Ande lumut, jadi kita kan tidak malu untuk mengajaknya kemari. “ kata Klething Abang sambil berjalan dengan sombongnya.

Sejak dulu Kleting Kuning adalah anak yang rajin.Walaupun ia selalu diperlakukan kurang baik oleh ibu tiri dan ketiga kakak tirinya namun Kleting Kuning selalu menerimanya dengan ikhlas. Hanya sahabatnya, Sang Bangau yang hidup di danau sajalah temannya berkeluh kesah. Siang itu setelah selesai dengan pekerjaannya ia pergi ke danau menemui sahabatnya itu.

“Pergilah ikut sayembara Ande-Ande Lumut ,” kata Sang Bangau pada Kleting Kuning suatu hari.

“Untuk apa, aku hanya mencintai Pangeran Kusumayuda.” Jawab Kleting Kuning.

“Dengar Klething Kuning....... yang akan aku katakan ini adalah rahasia kita berdua....... Sebenarnya Ande-Ande lumut itu adalah Pangeran Kusumayuda yang menyamar.” Setelah dibujuk oleh Sang Bangau maka Kleting Kuning berangkat juga mengikuti sayembara.

“Benarkah itu Bangau? Kalau begitu aku harus segera ke sana.”

Namun untuk sampai ke desa Dadapan haruslah menyeberangi danau yang dijaga oleh seekor kepiting raksasa bernama Yuyu Kangkang.Para gadis itu bisa menyeberang dengan menaiki Yuyu Kangkang asalkan mereka menciumnya terlebih dahulu. Hal ini diketahui oleh Ande-Ande Lumut yang tinggal pada rumah pohon di seberang danau, sehingga semua gadis-gadis itu ditolak dengan alasan sudah tidak suci lagi karena telah dicium oleh Yuyu Kangkang.

Berbeda halnya dengan Kleting Kuning, karena ia tidak berdandan seperti gadis-gadis lain, bahkan cenderung bau. Maka Yuyu Kangkang tidak mau menyeberangkannya.

“Hi......... sudah jelek, bau lagi.... sana cepat pergi aku tidak tahan dengan baumu yang amis...... lebih baik kamu berenang saja di danau ini sekalian mandi biar tubuhmu bersih dan tidak bau lagi.” Kata Yuyu Kangkang mengejek.

Dengan “Sodo Lanang”, yaitu lidi dari pohon aren yang ajaib miliknya, air danau tersebut di tebas oleh Klething Kuning. “ Hei... dengar ya...... aku tidak butuh bantuan kepiting bau amis sepertimu.... lihat ini..... dengan sodo lanang ini apapun bisa aku lakukan.”

Dalam sekejab danau bagai terbelah dan pada belahan tersebut airnya mengering sehingga bisa dijadikan jalan setapak, sementara itu Yuyu Kangkang kesakitan karena terkena kekuatan Sodo Lanang. Kleting kuning melangkah hingga ke seberang. Setelah sampai di daratan ditebaskannya lagi Sodo Lanang dan air danau kembali lagi seperti semula.

Dengan takjub Ande-ande Lumut melihat dari atas rumah pohon. Melihat Kleting Kuning adalah gadis yang selama ini dicarinya maka ia segera turun dan menghampirinya. Kleting kuning sangatlah bahagia karena ia bisa bertemu kembali dengan Pangeran Kusumayuda. Akhirnya keduanya menikah dan hidup bahagia sebagai raja dan ratu kerajaan Banyuarum.

PESAN MORAL
Dengan kerja keras dan ketabahan Klething Kuning akhirnya bisa mencapai impiannya untuk menjadi istri Pangeran Kusumayuda.

Senin, 04 Mei 2009

Membela Tupai

Si kancil sedang bersantai di dalam rumahnya ketika Si Tupai datang. “Tok.... tok..... tok.....” terdengar suara ketukan dari arah pintu. Kancil menarik napas panjang sebelum akhirnya beranjak ke arah pintu.” Ehm........ siapa sih yang datang sore-sore begini, mengganggu waktuku minum teh saja.”
Ketika pintu di buka ternyata Si Tupai sedang menangis tersedu.”Tolonglah aku cil..... semua kelapa ku dicuri oleh monyet.”
“Tenang..... tenang dulu, jangan bicara sambil menangis begitu. Lebih baik kita masuk dulu ya.” Si kancil mengajak Si Tupai masuk kedalam rumahnya dan membuatkan teh. Akhirnya Si Kancil jadi mempunyai teman minum teh sore itu.
Setelah agak tenang Si Tupai mulai bercerita pada Si Kancil.
” Begini cil, tadi pagi aku memanjat pohon kelapa karena persediaan makanan di rumahku sudah habis. Satu persatu kelapa-kelapa itu aku petik kemudian aku lemparkan ke bawah. Tadinya aku pikir setelah selesai memetik kelapa aku akan turun ke bawah dan mengumpulkan kelapa-kelapa tadi.
Tapi ketika belum semua buah kelapa aku petik, secara tidak sengaja aku menengok ke bawah dan melihat monyet mengambil semua kelapa yang aku petik. Terang saja aku marah dan buru-buru turun. Ketika sampai dibawah monyet itu sudah tidak ada. Aku datangi rumah Monyet untuk mengambil kembali kepa-kelapaku tapi monyet itu tidak mengaku kalau ia yang mengambil. Sekarang aku harus bagaimana cil... tolonglah aku mendapatkan kembali kelap-kelapaku.”
“Tenang saja Tupai, monyet yang licik itu memang harus diberi pelajaran. Sekarang kita nikmati dulu teh ini. Setelah itu kau ikut aku ke tempat si Monyet. Aku akan paksa monyet untuk mengembalikan setiap butir kelapa yang ia ambil darimu.” Kata Kancil dengan yakin. Si tupai menjadi lega sekarang.
Tak lama kemudian kancil berjalan kerumah monyet sedangkan tupai kembali ke rumahnya. Beruntung si Kancil karena saat itu monyet sedang berada dirumah seorang diri. Maka dengan berlagak sebagai utusan Raja hutan kancil membetitahukan sebuah pengumuman pada monyet,”Mengapa kau masih disini kawan.”
“Apa maksudmu cil. Memangnya aku harus kemana.” Tanya monyet penasaran.
“Jadi kau belum tahu tentang hal sepenting ini.” Jawab kancil.
“Hal penting apa?” Si mOnyet tambah penasaran.
“Begini monyet.... saat ini seluruh isi hutan belantara sedang sibuk untuk memenuhi permintaan Raja hutan.”
“Permintaan apa sih cil, bicara yang jelas, jangan buat aku penasaran seperti ini.”
Si Kancil semakin yakin kalau siasatnya untuk mengelabui monyet akan berhasil,” Raja hutan sedang mencari kelapa. Ia akan menggantikan setiap butir kelapa dengan satu tandan pisang.”
“Ah yang benar cil.......” Raut wajah monyet mendadak menjadi sangat gembira.
“Buat apa aku bohong.... sudah ya aku pergi dulu mencari kelapa, nanti keburu malam dan sayembara Raja Hutan keburu ditutup.” Si kancil berpura-pura akan pergi.
Baru juga kancil membalikkan badannya monyet kembali memanggilnya,” Tunggu sebentar cil, kemana aku harus menyerahkan kelapa untuk sayembara raja hutan.”
“Di gua dekat air terjun.” Jawab kancil sambil melangkahkan kainya meninggalkan monyet. IA sekarang akan ketempat Si Tupai.
Ketika melihat kancil datang Si Tupai menyambutnya dengan gembira,”Bagaiman cil hasilnya.”
“Beres..... tenang saja. Sekarang kita tinggal menunggu kelpa-kelapa itu diangkut oleh monyet sendiri kemari.” Jawab si Kancil yakin.
“Malam-malam begini?” belum juga si Kancil sempat menjawab Si Tupai sudah melihat monyet dari kejauhan dengan suasah payah membawa kelap-kelapa itu menuju gua tempatnya tinggal.
“Sudah.... kita sekarang bersembunyi,” bisik kancil.”Monyet itu tidak tahu kalau gua ini adalah rumahmu Tupai.”
Memang benar, monyet memang tidak tahu kalau sebenarnya ia telah mengembalikan kelapa-kelapa itu pada pemiliknya. Walaupun kelelahan memindahkan semua kelapa-kelapa yang ada dirumahnya ke dalam gua tersebut namun monyet masih tetap semangat karena ia berharap akan mendapatkan banyak sekali tandan pisang sebagai gantinya.
“Sudah selesai.... ini adalah kepa terakhir yang harus aku bawa.” Kata monyet dengan lega dan menghempaskan tubuhnya ke tanah karena kelelahan.
Tak lama kemudian kancil dan tupai datang mengucapkan terima kasih pada monyet yang baru tersadar kalau dirinya sudah dijebak oleh kancil.
“Terima kasih ya monyet karena kau telah berbaik hati mau mengembalikan kelapa-kelapa itu padaku.” Kata Tupai sambil tersenyum lega.
Kalau memang kelapa itu menjadi hak tupai maka dengan cara apapun Tuhan akan mengembalikan padanya, kali ini lewat akal pintar si kancil.

Alo dan Ala

BANTEN
Dua orang saudara kandung bisa terpisah hanya karena harta. Ini terjadi pada Alo dan Ala. Sudah sejak lama kedua orang tua mereka meninggal. Saat itu Ala yang masih kecil tidak mengerti tentang harta orang tua mereka. Sedangkan Alo si kakak mengambil kesempatan baik ini ,ia memang mempunyai sifat yang buruk. Alo menguasai harta peninggalan kedua orang tua mereka. Ia menikmatinya seorang diri. Diusirnya Ala dari rumah mereka.
Sementara Ala si Adik adalah seorang anak yang baik. Walaupun diperlakukan tidak adil oleh kakaknya, ia tidak menyimpan dendam sedikit pun. Ala hidup sangat sederhana di sebuah gubuk dipinggiran desa. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya ia mencari kayu bakar dihutan untuk dijual ke pasar.
Sebenarnya Alo tahu kalau adiknya hidup serba kekurangan, namun ia tidak mempedulikannya. Jangankan memberi uang, menengok adiknya pun tidak. Alo sibuk dengan foya-foya menghambur-hamburkan harta kekayaannya.. Setiap hari kerjanya berjudi dan mabuk-mabukan.
Suatu hari, hujan turun dengan derasnya. Sejak pagi hingga siang hari tidak juga reda. Gubuk reyot milik Ala tidak cukup kuat menahan air hujan yang begitu deras. Hingga akhirnya atap yang terbiuat dari daun rumbia tersebut roboh. Mau tidak mau Ala harus mencari tempat berteduh paling tidak untuk malam ini. Untunglah ia teringat pada sebuah gua yang sering dilewatinya sepanjang hari. Walaupun sebenarnya ia sendiri belum pernah masuk kesana.
“Aku akan tinggal dalam gua itu, paling tidak untuk malam ini, besok pagi kalau hujan sudah reda aku akan memperbaiki rumah ini.” Pikir Ala. Sebelum pergi dibawanya ubi rebus sebagai bekal. Dalam rintiknya hujan Ala berlari menuju gua didalam hutan.
Sesampainya digua, Ala langsung masuk. Ia berjalan ke dalam untuk mencari tempat istirahat. Semakin ia berjalan kearah dalam, suasana didalam gua tersebut semakin terang. Hingga akhirnya Ala melihat emas permata berserakan kemana-mana. Karena kelelahan akhirnya Ala tertidur, sementara bekal ubi yang dibawanya ia letakkan disamping tubuhnya.
Dalam tidurnya Ala bermimpi. IA seperti berada dalam sebuah istana yang dipenuhi oleh peri-peri yang cantik jelita. Disana Ala disambut dengan ramah oleh mereka. “ Selamat datang di istana kami Ala.” Kata salah satu peri yang tercantik.
“Dimana aku sekarang “ Tanya Ala. Sepertinya ia terkagum-kagum pada apa yang dilihatnya.
“ Kau berada diistana peri Ala. Anggaplah seperti dirumahmu sendir. Oh ya, terima kasih atas oleh-olehnya.”
“Oleh-oleh apa?”
“ Ubi ini,” jawab peri sambil menunjukkan bungkusan ubi yang tadi dibawa oleh Ala sebagai bekal.” KAmi bangsa peri disini sangat suka dengan ubi. Bukankah ini sengaja kau bawa untuk kami. Sebagai gantinya silahkan kau ambil apa saja yang kau mau dari istana ini. Emas…. Permata…… atau apa saja yang kau inginkan, ambillah sesukamu.”
Ala mengangguk mengiyakan. PAndangannya tertuju pada sebuah bokor kayu yang terletak di ujung ruangan tersebut. Bentuknya sangat indah. “ Kalau diijinkan aku ingin memiliki bokor kayu itu.” Pinta Ala pada ratu peri.
“Tentu saja boleh Ala. Bokor ini adalah bokor ajaib, kau boleh meminta apa saja dengan mengucapkan permintaanmu .”
Ketika terbangun bungkusan ubi yang dibawa Ala telah berganti menjadi bokor kayu yang di lihatnya dalam mimpi. Ala pun segera pulang kerumahnya. Dalam perjalanan ia teringat akan mimpinya semalam. MAka Ala pun meminta pada bokor tersebut agar rumahnya menjadi bagus .
Betapa terkejutnya Ala ketika sampai dirumahnya, gubuk reyot yang kemarin rusak kini telah berubah menjadi sebuah rumah yang bagus. Kini kehidupan Ala telah berubah. Perubahan ini juga terdengar oleh Alo, kakanya. Diam-diam Alo mencari tahu dari mana semua kekayaan Ala.
Setelah beberapa hari menyelidiki tahulah Alo sumber kekayaan Ala. Diam-diam ia mencuri bokor kayu milik Ala. Sesampainya dirumah ia berkata pada bokor kayu,”Wahai bokor kayu berikan aku emas yang banyak sekali.”
Seketika itu juga emas berhamburan keluar dari bokor kayu. Alo yang serakah sangat girang. Tanpa disadarinya tubuhnya telah tertutup sebagian oleh timbunan emas. Namun ia masih saja terbuai dengan emas yang berlimpah. Semakin lama emas tersebut semakin banyak, tubuh Alo sudah terbenam hingga leher. Ketika sadar ia berteriak minta tolong. Untunglah Ala segera datang. Iapun menyuruh bokor kayu menghentikan mengeluarkan emas. Sejak saat itu Alo menyadari semua kesalahannya dan menjadi orang yang tidak lagi serakah .

PESAN MORAL :
KEUTUHAN TALI PERSAUDARAAN HARUS SELALU DIJAGA DARI SIFAT SERAKAH DAN IRI HATI

Kamis, 23 April 2009

INAMI

Inami sudah berdandan cantik. Sesekali ia rapikan lagi rambutnya yang ikal yang perlu penataan ekstra karena sangat sensitive dengan angin, mudah sekali acak-acakan. Aroma parfum tercium dari tubuhnya yang tampak anggun dengan balutan rok span batik dan blus sutera putih polos yang ringan.
“Bude Ami mau kemana?” Laras keponakannya yang masih TK menegur dan berharap untuk diajak seperti biasanya. Anak itu tetap menunggui budenya berdandan di depan cermin walaupun ia tahu bahwa kali ini budenya akan pergi sendiri.
“Bude cantik.”
“Cantik mana sama mama Laras.”
“Ya cantik Bude dong, kan bude yang selalu belikan LAras baju, bukan mama.”
“Eh………kecil-kecil matre ya.” Inami menggelitiki pinggang gadis mungil itu hingga ia kegelian dan tertawa terpingkal-pingkal. Ini salah satu hal yang bisa membuat Inami bahagia. Berkumpul dan bercanda dengan keponakan-keponakan yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.
Walaupun masih lajang namun tanggung jawab Inami melebihi seorang kepala rumah tangga. Sebagai anak tertua ia harus bertanggung jawab secara moral dan materi terhadap ibu dan ketiga adiknya. Sejak ayahnya meninggal Inami menjadi tulang punggung keluarga.
Waktu itu Inami masih kuliah semester 4 dan mau-tidak mau ia harus berkorban untuk cuti kuliah demi kelangsungan hidup ibu dan adik-adiknya. Untunglah ia ditawari untuk menjadi operator warnet yang baru dibuka di kampusnya. Sambil bekerja Inami masih bisa bertemu dengan teman-teman kuliahnya yang selalu memberinya informasi, termasuk informasi beasiswa yang memberinya kesempatan untuk melanjutkan kuliah sambil bekerja.
Sejak saat itu Inami tercetak menjadi seorang pekerja keras, yang dalam pikirannya hanya ada belajar dan bekerja untuk keluarga. Tidak ada secuilpun cinta untuk lawan jenis yang memasuki ruang hati dan pikirannya. Bahkan ketika ketiga adiknya sudah selesai kuliah, bekerja dan menikah. Hidup Inami masih untuk tujuan yang sama.
Mega adik perempuan pertama ditambah seorang anak laki-lakinya kembali menjadi tanggung jawab Inami setelah setahun menikah ditinggal pergi begitu saja oleh suaminya yang tidak bertanggung jawab.Tidak jauh beda dengan Mega, Dinda, Adik bungsu Inami yang juga masih tinggal serumah dengannya karena Dinda menikah usia muda dengan dua anak dan suami yang masih belum mempunyai pekerjaan tetap. Dimas adik laki-laki Inami walaupun tidak tinggal serumah tapi ia mengontrak didekat rumah ibu, gajinya hanya cukup untuk makan sehari-hari dan mengontrak rumah sehingga Inami juga yang harus menanggung kebutuhan sekolah anak Dimas.
Bisa dibayangkan walaupun sekarang Inami mempunyai kedudukan yang cukup bagus dan gaji yang cukup besar namun yang menjadi tanggung jawabnya pun kini bertambah. Ia sangat sayang pada keponakan-keponakannya hingga setiap hari Minggu ia selalu membawa mereka pergi jalan-jalan dan sesekali berbelanja di mall. Waktu luangnya hanya untuk keluarga hingga ia melupakan bahwa dirinya kini sudah menjadi perawan tua.
Berkali-kali ibunya mengingatkan dirinya untuk menikah,” Kamu ini apa tidak kepingin berkeluarga tho Mi? Ndak baik lho perempuan seusia kamu hidup sendiri begini, nanti kalau umurmu tambah lagi kan lebih susah cari laki-laki yang masih lajang juga.”
“ Lha kalau aku menikah siapa nanti yang akan membiayai adik-adik,bu. Belum lagi keponakan-keponakan itu yang lagi sedeng-sedengnya butuh biaya. Belum tentu kan suamiku mengijinkan aku untuk membiayai keluarga kita seperti sekarang ini”
“Sudah waktunya kamu memikirkan dirimu sendiri, jangan terlalu memanjakan adik-adikmu dan ponakanmu. Itu ndak mendidik namanya. Biarlah keponakanmu itu menjadi tanggung jawab orang tua mereka masing-masing. Biar adik-adikmu itu juga belajar mandiri.”
“Mana tega aku, bu. Aku sudah terlalu sayang sama mereka. Ndak enak rasanya melihat hidup mereka susah sementara aku hidup berkelimpahan.”
“Ya ndak begitu, bagaimanapun juga kamu harus memberi kesempatan bagi dirimu sendiri, masa tuamu. Kamu harus memikirkan keturunan. Anak yang akan mengurusimu di hari tua. Kalau keponakan, tentu saja mereka akan lebih mengutamakan orang tua mereka masing-masing walaupun sekarang kamu sudah mengorbankan kehidupan kamu untuk mereka.”
Tidak mudah memang bagi Inami dalam usianya sekarang ini yang sudah menginjak kepala 4 untuk menemukan laki-laki lajang bagi pasangan hidupnya. Bukannya tidak ada orang yang menaruh hati pada Inami, apalagi ia seorang wanita cantik dengan wajah etnik, tubuh langsing, cerdas dan mempunyai posisi tinggi disebuah Perusahaan minyak. Tapi 99% pria yang menyukainya adalah laki-laki beristri.

**********************

Dua tahun yang lalu Inami bertemu dengan pria yang akhirnya dekat dengannya. Perkenalan mereka terjadi disebuah seminar, waktu itu Bagas menjadi pembicara dan Inami salah satu pesertanya. Hubungan mereka menjadi semakin akrab ketika perusahaan tempat Inami bekerja mengontrak Bagas untuk menjadi konsultan disana. Sejak itu mereka sering pergi bersama hingga Bagas sering menceritakan semua masalah rumah tangganya pada Inami. Tentang istrinya yang belum mau punya anak demi mengejar karir , juga perasaan Bagas sebagai laki-laki yang merasa tidak dibutuhkan dan dihargai oleh istri.
Sudah tidak ada lagi komunikasi yang harmonis dalam rumah tangga Bagas hingga suatu ketika ia berkata pada Inami,”Aku ingin bercerai dengan istriku, dan setelah itu aku ingin kita berdua menikah.”
Inami tidak kaget karena hal ini juga yang dikatakan oleh beberapa laki-laki yang selama ini pernah menaruh hati padanya. Hanya saja bedanya, kali ini Inami benar-benar jatuh cinta pada Bagas. Pepatah jawa”witheng tresno jalaran soko kulino” (tumbuhnya cinta karena terbiasa) berlaku juga bagi Inami. Sedikit demi sedikit rasa cinta itu mulai tumbuh dalam diri Inami sejak ia menjadi tempat curhat Bagas..
“KAmu yakin?”
“Ya karena sudah tidak ada cinta lagi diantara kami,”
“Dari mana kamu bisa menarik kesimpulan itu.”
“Kami sudah jarang bertemu, bahkan sudah sebulan ini kami tidak melakukan hubungan intim.”
“Cepat sekali kamu menarik kesimpulan, hanya dengan tidak berhubungan intim kamu anggap sudah tidak ada cinta. Jadi kalau tiba-tiba suatu hari kamu berhubungan intim dengan seorang pelacur itu juga kamu akan bilang bahwa itu cinta.”
“Bukan begitu maksudku, selama ini yang aku inginkan adalah kehadiran seorang anak dalam rumah tangga kami. Jadi kalau istriku sudah menolak untuk berhubungan intim itu berarti ia tidak mau memberiku seorang anak. Apakah itu masih bisa dikatakan istriku masih mencintai aku? Dia hanya mencintai dirinya sendiri, karir dan egonya.”
“Bagaimana dengan kamu, apakah kamu masih mencintai istrimu?”
“Jujur aku katakana kalau sekarang cintaku adalah untuk kamu.”
“Kamu yakin ini bukan cinta sesaat?”
“Aku yakin ini cinta sejati karena aku sudah menaruh harapan besar padamu”
“Harapan untuk mempunyai anak, dan setelah aku benar-benar mempunyai anak maka cinta itu akan berkurang atau bahkan mungkin hilang.”

*****************************

Hari Minggu ini Inami akan pergi tanpa keponakan-keponakannya. Ia sudah janji akan makan siang dengan Bagas. Sepanjang perjalanan keduanya saling berdiam diri, mungkin mereka sudah kehabisan topik yang menarik untuk dibahas karena toh hampir setiap hari mereka bertemu . KAlau sekarang harus ngobrol tentang masalah kantor jelas akan sangat membosankan. Obrolan pribadi mungkin mereka simpan untuk diperbincangkan dengan romantis di acara makan siang nanti.
Sampai sebuah café keduanya masih saling berdiam diri, ini tidak seperti biasanya. Bagas yang tidak pernah kehabisan ide pembicaraan untuk kali ini lebih banyak diam bahkan sampai mereka menghabiskan makan siang yang ada di meja.
“Katanya ada hal yang penting mau di omongin,” Inami memulai pembicaraan.
Bagas menarik kursinya agar lebih dekat dengan Inami, matanya tertunduk tidak mampu memandang Inami,” Aku tidak jadi bercerai dengan istriku, ia hamil dua bulan sekarang.”
Tubuh Inami lemas, disekujur tubuhnya seolah tidak ada lagi darah yang mengalir namun ia bisa cepat mengendalikan diri. “ Selamat kalau begitu,”
“KAmu tidak sedih?”
“Untuk apa,”
“Itu berarti hubungan kita akan berakhir sampai disini, aku tidak bisa meninggalkan istriku karena dari dulu yang aku inginkan adalah kehadiran seorang anak,”
“Apa aku harus menangis dan memohon serta meratap dihadapanmu sekarang? Aku sudah terbiasa hidup sendiri.”
“Maafkan aku, Mi. Sebenarnya aku masih mencintaimu tapi aku harap kamu mengerti pada keputusanku ini. Aku tahu kamu pasti bisa menerima semua kenyataan ini karena kamu wanita mandiri yang tegar dan pengertian dan itu juga yang dulu membuatku jatuh cinta padamu.”
Dasar laki-laki perayu! Bisa-bisanya ia sekarang mengatakan kalau masih cinta. Dulu juga ketika ia mengungkapkan cintanya untuk pertama kali BAgas mencoba meyakinkan Inami bahwa sudah tidak ada cinta lagi diantara ia dan istrinya. TApi mana! Buktinya istrinya hamil, itu berarti ia masih melakukan hubungan suami istri dan hubungan itu pasti terjadi atas dasar cinta.
Pupus sudah harapannya untuk menikah. Tapi mau bilang apa. Inami hanya terdiam karena ia juga tidak tahu harus berkata apa lagi. Mungkin ini yang terbaik baginya karena memang ia sendiri juga masih ada keraguan untuk menikah. HArusnya ia sedih tapi perasaannya biasa saja, malah ia merasa bersyukur mengetahui secepat mungkin bahwa cinta Bagas adalah cinta sesaat dan ia bukanlah laki-laki yang diharapkannya selama ini. Kali ini yang terlintas di benaknya justru bayangan keponakan-keponakannya yang membawa kebahagian baginya.

************************************

Seminggu kemudian Mega menghampiri Inami. Kali ini ia datang dengan seorang laki-laki.”Mbak kami berdua mohon restu untuk menikah.”
Ini kali kedua Mega menikah sementara Inami belum sekalipun merasakan pernikahan. Tapi ia tetap merestui bahkan membiayai pernikahan Mega. Ada satu keyakinan dalam diri Inami bahwa Tuhan akan mendatangkan laki-laki idaman yang menjadi jodohnya suatu saat nanti ketika ia sudah yakin pada kebahagiaan keluarganya

Legenda Putri Tujuh (RIAU)

Peperangan hanya akan menyengsarakan kedua belah pihak, baik yang menang ataupun yang kalah.


Kerajaan Seri Bunga Tanjung dipimpin oleh seorang ratu perempuan bernama Ratu Cik Sima . Sang ratu mempunyai tujuh orang putri yang cantik jelita. Walaupun seorang wanita namun Ratu Cik Sima dapat memimpin kerajaan dengan arif dan bijaksana. Rakyat hidup makmur berkecukupan. Negeri Seri Bunga TAnjung terkenal sebagai negeri yang damai.
Kemasyuran negeri Seri Bunga Tanjung dan juga kecantikan ketujuh putri Ratu Cik Sima sudah tersiar ke mana-mana. Bahkan ke negeri seberang yang cukup jauh tempatnya. Kabar ini telah membawa Pangeran Empang Kuala untuk membuktikan sendiri kebenarannya. Maka dengan menaiki kapal kerajaan yang diikuti oleh puluhan pengawalnya, Pangeran Empang Kuala pergi ke negeri Seri Bunga Tanjung.
Ketika kapal sudah berlabuh di pelabuhan Seri Bunga TAnjung PAngeran Empang Kuala beserta pengawalnya menyamar sebagai orang biasa. Sehingga mereka bisa dengan leluasa menikmati keindahan negeri Seri BUnga Tanjung sekaligus membuktikan keberadaan Tujuh orang putrid ratu Cik Sima yang cantik jelita.
Setelah menjelajah negeri tersebut selama beberapa hari sampailah rombongan tersebut di sebuah sungai yang airnya sangat jernih. Setelah beberapa saat mata mereka tertuju pada sebuah pemandian di dekat sarang Umai (LAndak). Dengan tergagap pangeran menunjuk kearah pemandian untuk memberitahukan yang lainnya,” Li....li.....hat lah d....... d..... di.......umai.”
Konon sejak itu daerah tersebut dikenal dengan nama Dumai. Rupanya pangeran melihat tujuh orang wanita cantik yang sedang mandi di pemandian dekat sarang umai tersebut. Lama rombongan tersebut mengamati ketujuh putri cantik tersebut secara diam-diam dari balik semak belukar dipinggiran sungai.
Rupanya hati pangeran telah tertambat pada salah seorang dari mereka. MAka para pengawal segera mencari tahu siapa wanita cantik yang di suka oleh pangeran tersebut. Setelah mendapat informasi bahwa ketujuh putri cantik itu adalah ke tujuh putrid ratu sima dan wanita yang di suka oleh pangeran adalah putrid Bungsu maka rombongan tersebut secara resmi melamar secara adat kerajaan Empang Kuala. Pangeran dan rombongan kini tidak lagi menyamar. Mereka secara terang-terangan datang sebagai rombongan kerajaan Empang Kuala.
“Kami seluruh negeri Seri Bunga Tanjung merasa tersanjung dengan lamaran ini. Akan tetapi sesuai dengan adat dinegeri kami tidak akan bisa putri bungsu menikah terlebih dahulu sebelum kakak-kakanya.” Demikianlah jawaban bijaksana dari ratu Cik Sima kepada rombongan dari Negeri Empang Kuala tersebut.
Mendengar jawaban yang demikian PAngeran Empang Kuala marah besar. Segera ia menyatakan perang dan mengirim utusan kenegerinya untuk menambah pasukan guna menyerang negeri Seri Bunga Tanjung. Menghadapi ancaman tersebut ratu Cik Sima segera mengungsikan ketujuh putrinya disebuah gua dengan membekali mereka bahan makanan yang cukup untuk tiga bulan lamanya.
Perang yang terjadi sangatlah tidak berimbang. PAsukan negeri Seri Bunga Tanjung sangatlah sedikit dibanding dengan pasukan dari negeri Empang Kuala. Semakin hari korban yang berjatuhan semakin banyak . Bukan saja dari prajurit istana tapi juga dari rakyat jelata yang tidak berdosa. TAk terasa perang tersebut sudah berjalan selama empat bulan. PAsukan negeri Empang Kuala sudah hamper menguasai negeri Seri Bunga Tanjung.
Melihat keadaan yang demikian ratu Cik Sima segera meminta bantuan pada Jin sahabatnya yang bertapa disebuah bukit. Konon hingga sekarang bukit tempat jin tersebut bertapa dikenal dengan nama Bukit Jin. Dengan kekuatannya yang hebat pasukan dari negeri Empang Kuala bisa dikalahkan oleh Jin tersebut dengan mudah.
Negeri Seri Bunga Tanjung kembali aman dan damai. Kemudian Ratu Cik Sima segera menjemput ketujuh putrinya di gua. Betapa terkejutnya Sang Ratu. Ketujuh putrinya telah mati secara mengenaskan. Baru teringat olehnya kalau bekal makanan yang disediakannya hanyalah cukup untuk tiga bulan sementara mereka harus tinggal dalam gua tersebut selama empat bulan. Hingga saat ini gua tersebut dikenal sebagai gua putri tujuh yang sekarang dijadikan sebagai kilang minyak.

PESAN MORAL
Apapun hasilnya peperangan hanya akan menimbulkan kesengsaraan, walaupun akhirnya Ratu Sima memenangkan peperangan tapi ia harus menerima kenyataan ketujuh putrinya meninggal yang secara tidak langsung disebabkan oleh peperangan yang terjadi.

TOBI SI BEKANTAN PENAKUT

Kalau selalu takut mencoba, kapan kita bisa tahu kemampuan kita.


Selain penakut, Tobi adalah anak bekantan yang pemalu. Ia lebih suka duduk di bawah pohon dan makan buah-buahan yang dibawakan ibunya dari pada bermain dengan teman-temannya yang riang gembira saling berkejar-kejaran melompat dari satu pohon ke pohon lain.
“Apa kau tidak ingin bisa memetik buah sendiri Tobi,” tanya ibunya cemas melihat anaknya yang sudah besar tapi masih belum berani juga memanjat pohon.
“Aku takut bu.”
“Apa yang kau takutkan, kau ini sudah besar, bukan lagi bekantan kecil. Kau lihat teman-temanmu yang bergelantungan disana itu. Mereka melompat berkali-kali begitu lincahnya tapi tidak pernah jatuh.”
Rupanya Tobi kesal karena ibunya terus membujuknya,” Sudah aku katakan aku takut jatuh, lagi pula aku tidak bisa memanjat pohon kenapa ibu memaksa aku terus.”
“Tobi, kau kan belum pernah mencoba memanjat pohon, jadi bagaimana kau bisa bilang tidak bisa.”
“Cukup bu, jangan paksa aku terus.”
Begitulah setiap ibunya meminta Tobi untuk belajar memanjat pohon selalu berakhir dengan kecewa. Tapi bagaimanapun juga ibu Tobi akan selalu mencari cara agar anaknya mempunyai keberanian untuk memanjat pohon seperti bekantan yang lain. Karena menurut ibu Tobi memanjat pohon itu adalah sebuah kemampuan yang dimiliki oleh bekantan sejak lahir, jadi tidak perlu dipelajari untuk bisa melakukannya, yang diperlukan hanyalah membiasakan diri.
Pada suatu hari ibu Tobi jatuh sakit, tak ada yang mencari makan hari itu. Tobi hanya bisa menangis disamping ibunya, bukan menagisi ibunya melainkan karena dirinya lapar.
“Seandainya kau bisa memanjat, pastilah kita tidak akan kelaparan hari ini Tobi,” kata ibunya dengan sedih.
Bukannya malu dan mengakui kelemahannya tapi Tobi malah marah,” kenapa ibu malah menyalahkanku, tidak akan ada satu binatang pun yang bisa membuatku bisa memanjat pohon karena memang aku takut.”
Setelah berkata demikian Tobi keluar rumah dan menangis sedih di bawah pohon. Kanti seekor bekantan teman Tobi datang menghampiri dan mencoba menghiburnya.
“Apa yang kau lakukan disini, kenapa kau menangis.” Tanya Kanti.
“Ibuku sedang sakit sehingga tak ada yang menacari makanan, sekarang kami berdua kelaparan.”
“Aku tahu kau takut memanjat pohon, kalau begitu tunggulah disini sebentar. Aku akan membawakan makanan untuk kalian.”
Kanti memanjat dan bergelantungan dari satu pohon ke pohon yang lain secepat kilat. Tak lama kemudian ia datang membawakan Tobi buah-buahan yang sangat banyak.
“Terima kasih Kanti, kau telah meolong aku dan ibuku. Aku tak akan pernah melupakan kebaikanmu.” Tobi sangat gembira menerima buah-buahan dari Kanti.
Selang beberapa lama kemudian, disuatu sore Tobi mendengar suara bekantan yang merintih minta tolong. Suara itu sayup-sayup terdengar namun Tobi hafal benar bahwa itu adalah suara Kanti, teman baiknya. Ia pun segera keluar rumah menuju arah suara itu.
“Tobi…………..tolong lepaskan aku dari sini.”teriak Kanti begitu dirinya melihat Tobi.
Melihat Kanti terperangkap jaring yang dipasang oleh pemburu diatas pohon,tanpa berpikir panjang lagi Tobi langsung memanjat pohon dan dengan cepat bergelantungan dari satu pohon ke pohon yang lain hingga ia sampai pada pohon tempat Kanti terperangkap.
Tobi lupa akan rasa takutnya dan ia juga lupa bahwa ia belum pernah memanjat pohon sebelumnya. Yang ada dalam pikiran Tobi saat itu hanyalah keinginan untuk menyelamatkan Kanti. Dengan cekatan Tobi melepaskan jaring yang membelenggu Kanti kemudian menolongnya menuruni pohon. Sesampainya di bawah barulah Tobi menyadari apa yang telah dilakukannya.
“Aku bisa memanjat Kanti.”kata Tobi takjub.
“Jujur Tobi, aku sendiri belum pernah melihat bekantan lain memamnjat pohon secepat yang kau lakukan tadi. Ternyata selama ini ketakutanmu itu tidak beralasan Tobi.” Kanti mencoba memebesarkan hati Tobi.
“Mulai sekarang aku tidak takut memanjat pohon lagi. Terima kasih Kanti, ini semua berkat kamu.”
“Seharusnya aku yang berterima kasih padamu karena kau telah menyelamatkanku.”
Kita akan tahu kemampuan kita setelah mencobanya. Jadi jangan pernah takut sebelum mencoba