Jumat, 31 Juli 2009

Buaya Mencari Gajah

Kebodohan akan menyesatkan kita dan membawa kita pada kehancuran

Pak Buaya sudah terkenal sebagai binatang yang rakus dan serakah. Setiap hari tak kurang dari seekor kambing atau paling tidak sepuluh ekor bebek habis ia makan. Tentu saja ini membuat resah binatang-binatang yang seringkali minum dan mencari rumput di pinggir sungai. Mereka harus ekstra hati-hati kalau tidak mau menjadi santapan Pak Buaya.
Untuk menjaga kelangsungan hidup para binatang yang tinggal di sekitar sungai,maka mereka berkumpul dan mengadakan rapat. Pak kambing yang ditunjuk untuk memimpin rapat itu karena ia dianggap lebih pintar diantara binatang yang lain.
“Kita harus menyingkirkan Pak buaya dari sungai ini agar kita dan seluruh keluarga kita bisa hidup tenang.” Kata Pak kambing membuka rapat.
“Benar…….. tapi bagaimana caranya, Pak Buaya sangat buas dan tak seekor binatang pun yang berani padanya,” seru babi dengan lantang.
“Untuk itulah kita semua berkumpul disini. Kita pecahkan masalah ini bersama.” Sahut bebek
“Bagaimana kalau kita lawan saja Pak Buaya, aku yakin kalau kita semua yang ada disini pasti akan bisa mengalahkannya.” Usul sapi.
Kambing menggelengkan kepala tanda tidak setuju,” Kita tidak perlu melawan kekerasan dengan kekerasan pula. Bisa jadi kita semua akan binasa dan mati dengan sia-sia.”
“Benar kata Pak Kambing, sebanyak-banyaknya binatang yang melawan Pak Buaya pasti akan kalah melawan Pak Buaya karena teman-teman Pak Buaya juga banyak jumlahnya. Mereka akan menganggap kita semua sebagai hidangan pesta yang lezat.” Tambah bebek.
Semua binatang yang ada di dalam rapat itu terdiam sejenak. Mereka semua berpikirmencari cara yang tepat untuk mengalahkan pak buaya dengan cara yang aman. Hingga akhirnya Pak Kambing menemukan jalan keluarnya.
“Aku tahu sekarang apa yang harus kita lakukan,” seru Pak kambing memecahkan keheningan itu.
“Aku yakin ide pak kambing pasti cemerlang.” Kata sapi tak sabar,”ayo cepat katakan pada kami semua, pak kambing.”
“Begini…… kita semua tahu, Pak Buaya adalah binatang yang rakus. Tapi ia bodoh. Besok aku akan pergi ke pingggir sungai, akan aku pancing agar ia mau menemui gajah.”
“Hati-hati pak kambing, jangan sampai kau yang menjadi santapan pak buaya besok.” Si kelinci memperingatkan.
Keesokan harinya Pak Kambing pergi ke pinggir sungai. Ia memang sengaja berlama-lama disana menunggu hingga pak buaya muncul. Tapi pak kambing selalu waspada akan kemunculan pak buaya yang tiba-tiba.
Benar saja, tak lama kemudian pak buaya berjalan menuju ke arah pak kambing. Sebelum pak buaya mendekatinya, pak kambing segera menyapa,”Aku tahu kau hari ini sangat lapar pak buaya, tapi kalau kau akan menyantapku, pasti kau akan menyesal dikemudian hari, karena aku tahu dimana ada binatang yang sangat besar yang bisa membuatmu kenyang dan tidak makan selama satu minggu.”
“Oh ya…….. dimana aku bisa mendapatkan binatang itu.” Pak Buaya yang rakus, selalu tidak sabar kalau mendengar ada makanan yang banyak.
“Tenang dulu……. Binatang itu namanya gajah. Ia tinggal dii hulu sunagi ini, tempatnya memang agak jauh dari sini, tapi kalau kau sudah mnemukan gajah, aku jamin kau pasti akan suka. Jumlah mereka disana sangat banyak sehingga kau tidak perlu khawatir kelaparan, tidak seperti disini. Binatang disini kecil-kecil dan jumlahnya juga semakin sedikit karena hampir setiap hari kau selalu memangsanya.” Bujuk pak kambing.
“Kalau begitu aku akan pergi ke sana. Terima kasih atas informasimu pak kambing.”
Pak buaya berjalan menuju hulu sungai. Walaupun sebelumnya ia belum pernah melihat gajah, tapi ia sangat yakin kalau dirinya akan menemukan gajah dengan mudah, dan sepertinya memang benar. Di hulu sungai sekelompok gajah sedang minum air sungai. Pak buaya mengamati mereka dengan seksama dan dengan wajah gembira.
“Pasti ini yang namanya gajah. Ternyata pak kambing tidak bohong, mereka sangat besar. Kalau aku memakan satu saja diantara mereka, maka kau akan merasa kenyang selama satu minggu.” Pikir pak buaya.
Tanpa membuang-buang waktu pak buaya berjalan ke arah gajah-gajah itu. Ketika sudah hampir dekat salah satu dari gajah-gajah itu melihatnya. Sadar akan bahaya yang mengancam salah satu dari gajah yang paling besar mendekati pak buaya dan menginjaknya dengan salah satu kakinya.
Karena tidak menduga sebelumnya pak buaya tidak sempat lagi menghindar atau melakukan perlawanan. Sehingga dengan mudah pak buaya mati terinjak oleh gajah.

Pesan moral: Pak buaya yang rakus sangat senang mendengar ada makanan yang besar, sayangnya ia bodoh sehingga tidak tahu seberapa besar gajah yang ternyata justru bisa menghancurkan dirinya.

Menolong Kelinci

Pagi yang cerah di hutan belantara. Angin semilir yang sejuk membawa aroma harum bunga-bunga di hutan. Embun-embun di dedaunan terasa dingin menyegarkan. Burung-burung berkicau bersautan membentuk paduan suara menyanyikan lagu selamat pagi pada seisi hutan belantara.
Kancil berjalan-jalan menikmati suasana pagi yang indah itu. Langkahnya ringan sambil berdendang. Sesekali ia menyapa binatang lain yang ditemuinya. ”Suaramu indah sekali cucak rawa, nyanyianmu membuatku merasa bahagia.”
“Terima kasih kancil, semoga harimu bahagia selamanya.” Jawab Cucak Rawa dengan bangga menerima pujian Kancil.
Ketika melewati rumah kelinci, Kancil berhenti sejenak, dilihatnya kelinci sedang membawa masuk beberapa ikat wortel.”Mau aku bantu kelinci, sepertinya kau keberatan.”
“Oh, dengan senang hati. Terima kasih sebelumnya kancil.” Kata kelinci sambil memberikan sebagian bawaannya pada kancil.
“Kau mau membuat pesta rupanya kelinci?” tanya kancil ketika melihat di dalam rumah kelinci ternyata terdapat bertumpuk makanan.
“Bukan begitu kancil, semua makanan ini bukan untuk pesta, tapi aku memang sengaja menyimpan makanan ini sebagai persediaan. Sebentar lagi keponakanku yang tinggal di goa dekat danau akan datang. Sepertinya mereka akan tinggal di sini, mungkin untuk sementara waktu atau mungkin juga untuk selamanya.” Jawab kelinci dengan raut muka sedih.
Kancil merasa ada sesuatu yang membuat temannya ini sedih,”Mengapa wajahmu menjadi sedih begitu, kalau kau mau bercerita tentang hal yang membuatmu sedih, aku akan menjadi pendengar yang baik. Siapa tahu aku bisa menolongmu.”
“Sebagian besar keluargaku tinggal di goa dekat danau. Ibu, ayah juga saudara-saudara dan keponakanku tinggal di goa dekat danau. Sesekali aku menengok mereka atau mereka yang datang kemari. Semalam keponakanku datang kemari dan bercerita kalau ayah, ibu dan juga saudara-saudara satu-persatu telah dimakan oleh harimau.Tinggallah kini keponakan-keponakanku yang masih kecil-kecil. Mereka takut tinggal di goa itu lagi. “
“Keterlaluan harimau........ aku akan memberinya pelajaran.” Si Kancil sangat marah mendengar cerita kekejaman harimau. Ia kemudian berdiri dan berpamitan pada kelinci.
“Kau mau kemana Kancil?” tanya kelinci cemas.
“Tentu saja mencari harimau, aku harus membuatnya kapok. Kau tenang saja kelinci, aku ini binatang pintar, jadi aku punya seribu cara untuk memberi pelajaran pada semua binatang. Harimau memang ganas, tapi ia bodoh. Taring dan kukunya yang tajam pasti bisa dikalahkan oleh otakku yang cemerlang.”
Pagi sudah beranjak siang, Kancil meneruskan perjalanannya. Burung-burung sudah pergi dari tempatnya bertengger untuk mencari makan. Untunglah Kancil bertemu dengan burung gelatik, sahabat yang selalu siap menolongnya.Saat itu gelatik juga telah bersiap pergi mencari makan.
“Aku memerlukan bantuanmu gelatik.” Panggil Kancil.
“Dengan senang hati sahabatku. Katakan apa yang bisa aku lakukan untukmu.” Jawab gelatik sambil terbang ke arah Kancil.
Kemudian Kancil membisikkan sesuatu pada gelatik. Burung kecil itu menganguk-angguk tanda setuju dengan apa yang diucapkan kancil. Setelah itu burung gelatik melesat terbang ke udara, sedangkan kancil tetap di tempat itu dan beristirahat di bawah pohon.
Beberapa saat kemudian dari kejauhan terdengar suara auman harimau, pertanda binatang yang ditunggu kancil sejak tadi sudah datang. Kancil pun bersiap-siap untuk menyambutnya, ia duduk bersila sambil komat-kamit seolah sedang mengucapkan mantra. Harimau berjalan semakin mendekat.Ketika sudah berada di hadapan kancil, binatang buas itu mengaum keras kemudian duduk dihadapan kancil. Ia tidak berani mengganggu kancil.
Sementara itu kancil yang tahu targetnya sudah tiba, ia segera membuka mata dan berkata,” Aku tahu maksud kedatanganmu kemari harimau, kau ingin menambah kekuatanmu agar bisa menguasai seisi hutan ini, betul?”
Harimau semakin yakin bahwa Kancil sekarang telah menjadi dukun yang sakti karena bisa menebak maksud kedatangan sebelum ia sendiri mengatakannya,” Betul dukun kancil, tadi aku bertemu dengan gelatik dan ia bercerita kalau kau....... eh........ maksud saya anda sekarang telah menjadi dukun yang sakti yang bisa memberikan kekuatan kepada siapa saja.”
“Oh...... tapi itu tidak mudah harimau, ada syaratnya, dan aku sangsi apakah kau bisa memenuhi persyaratan itu, karena aku dengar kau sudah berbuat banyak dosa dengan membunuh keluarga kelinci yang ada di goa sehingga kau sekarang telah banyak dosa.” Kata Kancil dengan serius seolah-olah ia adalah dukun sakti.
“Katakan syaratnya, seberat apapun akan aku lakukan, asal aku mendapat kekuatan itu.”
“Sebenarnya kekuatan itu bersumber dari gong kecil yang menggantung pada pohon di atas kepalaku ini. Tapi sesuai petunjuk gaib yang datang padaku hanya binatang yang tidak berdosa saja yang bisa memukulnya dan mendapat kekuatan itu.”
“Aku akan mencobanya Kancil,”
“Ini bukan untuk coba-coba, ini barang keramat, apa kau mau menanggung akibatnya kalau ternyata justru terjadi sesuatu yang mengerikan.” Jawab kancil tegas.
“Aku siap kancil.”
“Baiklah, aku akan menyingkir sebentar, dalam hitungan kesepuluh pukullah gong itu, tapi kalau ternyata terjadi sesuatu yang mengerikan itu berarti dosamu masih sangat banyak, jadi kau harus segera berlari ke danau dan meminta ampun pada keluarga kelinci dan berjanji untuk tidak berbuat jahat lagi pada seisi hutan belantara sebagai usaha penghapusan dosamu. Kau siap?”
“Ya aku siap.”
Kancil mulai menyingkir dan berhitung,” satu........ dua......... tiga...........”
Pada hitungan kesepuluh harimau mulai memukul gong yang dikatakan kancil, yang sebenarnya adalah sarang labah-labah. Dalam sekejab sekawanan lebah menghambur keluar, harimau yang tidak menyangka apa yang akan terjadi teringat pesan kancil. Ia pun segera lari secepat kilat menuju danau dan menceburkan diri kedalamnya.
“Maafkan aku keluarga kelinci dan seisi hutan belantara, aku berjanji tidak akan mengganggu kalian lagi. Aku kapok. Mulai sekarang aku akan berbuat baik untk menebus dosaku.” Teriak harimau. Sementara itu kawanan lebah sudah tidak lagi mengejar harimau.

PESAN MORAL Harimau memang binatang yang kuat, tapi ia menggunakan kekuatannya itu untuk kesenangannya sendiri dan tidak memepedulikan kesengsaraan binatang lain seperti kelinci.
Keinginan harimau untuk menambah kekuatan pada kancil yang berpura-pura menjadi dukun sakti adalah cermin ketidak puasan dalam dirinya yang malah membawa kesialan bagi dirinya.

CERITA INI ADA DALAM BUKU “DONGENG FAVORIT SI KANCIL”, Astri Damayanti, INDRIA PUSTAKA 2009.

Gelombang Cinta

ditulis: Astri Damayanti

Tidak ada satupun rumah di desa Bondan Sari yang tidak punya Pohon Gelombang Cinta. Tanaman anthurium yang satu ini seolah menjadi tanaman wajib didesa itu. Belum bisa dibilang orang kaya didesa itu kalau belum punya pohon Gelombang Cinta yang besar walaupun ada jenis lain dari pohon anthurium yang berada di halaman rumah mereka..
Ukuran kasta di desa ini seolah telah ditentukan oleh keberadaan pohon Anthurium. Kalau dirumahnya hanya ada pohon gelombang cinta kecil berarti termasuk pada golongan menengah kebawah dan begitu sebaliknya. Pokoknya semakin besar pohon Anthurium yang dipajang di kebun rumah seseorang maka orang itu boleh dibilang semakin kaya.

Bukan berarti pohon ini yang mendatangkan uang sehingga orang akan menjadi kaya kalau memilikinya,tapi harga pohon ini yang mencapai jutaan rupiah. Harganya jauh melebihi emas. Sampai-sampai pemilik pohon ini harus selalu mengamankan hartanya yang satu ini dari incaran maling.
Setiap malam pohon ini dimasukkan di dalam rumah, pengamannya sama dengan sepeda motor, harus dikunci pakai gembok bahkan ada yang sampai diberi alarm. Jaman sudah terbalik, kalau dulu di desa ini orang menganggap sapi sebagai harta benda yang berharga, justru sekarang sapi dibiarkan begitu saja dikandang pada malam hari, karena tidak ada juga pencuri yang tertarik pada sapi, bahkan sepeda motor pun aman. Kalaupun ada perampokan sekarang ini justru orang memilih merampok pohon Gelombang Cinta.

Pak Trimo dulu memang mantan Lurah di desa ini. Jadi tidaklah mengherankan kalau ia termasuk salah satu orang terkaya . Sawahnya saja ada lima hektar, mobilnya ada dua belum lagi sapinya yang ada di kandang belakang rumahnya ada sepuluh ekor. Semua hartanya itu sekarang ini tidak bisa menjamin dirinya dibilang orang terkaya di desa itu karena ia belum punya pohon gelombang cinta yang besar.

“Lha…… ini baru namanya tanaman eksklusive yang bisa meningkatkan harkat dan martabat,” Pak Trimo terkagum-kagum pada pohon gelombang cinta yang ia lihat pada lembaran koran lokal yang dibacanya. ” Coba lihat bu, belum ada orang yang punya pohon begini di desa kita.” Dengan semangat ia memperlihatkan gambar itu pada istrinya, sampai-sampai ia menjulurkan kepalanya hingga hampir bersentuhan dengan kepala istrinya.

“ Ya mana bisa aku lihat, lha wong bapak malah nutupi begitu,”
Pak Trimo menarik kepalanya sambil tersenyum dan akhirnya ia menyeruput kopi yang sudah hampir dingin. “Gimana bu, hebat tho.”
“ Hebat……apanya yang hebat……..lha wong cuma pohon sama daun yang lebar-lebar begini kok dibilang hebat.”
“Lha justru itu, daunnya yang lebar itu yang hebat bu.”
“ Hebat itu kalau berbunga lebat atau berbunga duit.”
“Sudah ndak jaman itu bu, pohon bagus dilihat dari bunganya. Pokoknya bapak mau beli pohon ini, kebetulan nanti nurserinya ini ada juga lho di pameran di alun-alun kabupaten.”
“Lha terus harganya berapa itu pak?”
“Ibu ini pakai tanya harga, kalau beli pohon ini ndak usah mikir harga. Kalau Bapak suka ya berapa saja akan bapak bayar.”
“ Wong Kenthir ………”
Dikebunnya Pak Trimo ada beberapa koleksi anthurium seperti Jemani, huckery dan juga Gelombang Cinta .Tapi semuanya masih kecil-kecil. Ia ingin punya gelombang cinta yang besarnya melebihi pohon Pak Seno, Lurah Bondan Sari sekarang Tapi harganya sangat mahal. Ia harus rela menjual sebuah mobilnya atau beberapa ekor sapinya untuk mendapatkan pohon itu. Tapi ia tahu istrinya pasti akan sangat marah kalau hal tersebut dilakukannnya.
Hingga pada suatu hari akhirnya Pak Trimo nekat untuk menjual secara diam-diam tujuh ekor sapinya yang besar-besar untuk membeli pohon gelombang cinta.
“Sur…..besur,” Pak Trimo berteriak-teriak mengelilingi halaman belakang mencari tukang kebun kepercayaannya.
“Ada apa Pak,” Besur datang dengan tergopoh karena ia tahu juragannya ini akan marah kalau ia tidak segera muncul.
“Kamu bawa tujuh sapi yang dikandang pakai truk,” Pak Trimo berkata sembari berbisik ditelinga Besur,” Trus kamu jual ke pasar hewan di Kecamatan.”
“Lha…..untuk apa tho Pak. Nanti kalau ketahuan ibu malah saya yang dikira maling.”
“Makanya cepet, biar ndak ketahuan ibu. Pokoknya nanti sebelum ibu pulang pasar kamu harus sudah selesai ngangkuti sapi itu kedalam truk trus langsung berangkat ke pasar hewan. Nanti aku nyusul ke sana.”
Begitu uang hasil penjualan sapi itu berada ditangannya maka Pak Trimo segera bergegas ke pameran tanaman hias di kota Kabupaten untuk membeli tanaman kebanggaannya itu.
“Wah ………ini……..baru yang namanya gelombang cinta beneran ,Pak.” Besur terkagum-kagum ketika melihat pohon-pohon anthurium yang besar-besar yang selama ini tidak pernah ada didesanya.” Pantas bapak langsung jual sapi. Hebat ini Pak”
Pak Trimo merasa sangat tersanjung. Ini baru di puji Besur apalagi kalau nanti seisi desa sudah tahu. Semua orang pasti tak akan habis-habisnya menyanjung pak Trimo.Sekarang Pak Trimo boleh merasa bangga karena Pohon Gelombang Cinta miliknya adalah pohon terbesar yang ada didesanya.
Sejak pohon itu datang dengan diantar mobil pick-up semua perhatian penduduk didesa sudah tertuju pada pohon itu. Begitu tanaman tersebut ditempatkan disebuah pot besar yang berkaki tinggi ,dihalaman rumah Pak Trimo yang luas dan diikat dengan rantai serta digembok, orang-orang dari seluruh penjuru desa tak henti-hentinya datang untuk melihatnya.
“ Pak Trimo beli gelombang cinta raksasa,” begitu kabar yang tersiar di seluruh penjuru desa. Dengan cepatnya kabar itu sudah beredar dari mulut-kemulut. Seisi desa tua, muda, besar, kecil berduyun-duyun menuju rumah Pak Trimo.
Semua orang berdecak kagum dan memuji kehebatan Pak Trimo karena bisa mendapatkan pohon Gelombang Cinta terbesar yang pernah mereka lihat dan berbagai komentar pun bermunculan.
“Harganya ini pasti mahal ya.”
“Pasti ratusan juta”
“Katanya Pak Trimo jual sapi Tujuh.”
“Hebat Pak Trimo ini.”
“Wah.........pohonnya gagah. Sudah tinggi besar potnya juga besar pakai kaki tinggi lagi. Ndak ada pohon segagah ini.” Yu Sarju tetangga sebelah rumah Pak Trimo terkagum kagum dengan pemandangan baru disamping rumahnya.
“Sampeyan iki edan opo, yu, lha wong pohon kok gagah. Gagah mana sama bojone sampeyan?”
“Lha kalau kita, ini bisa buat makan sepuluh tahun.”
“Lha wong potnya saja bisa buat kita makan sekeluarga selama tiga bulan
“Iya…..ya……sayang kalau duit segitu banyak cuma buat beli pohon.”
“Mau keluar duit berapa saja yang penting kan dapat pujian orang sedesa”
“Lha kalau aku ya mikir-mikir.”
****************************
Kegembiraan dan kebanggan Pak Trimo kali ini bertolak belakang dengan perasaan yang kini dirasakan oleh istrinya. Bu trimo sangat marah dan menganggap suaminya sudah gila karena menghamburkan uang sebegitu banyaknya hanya untuk membeli sebuah pohon. Bagi bu Trimo harga dari sebatang pohon itu tidak sebanding dengan harga se ons daging sapipun yang dibelinya dipasar apalagi ini untuk mendapatkannya suaminya harus menjual tujuh ekor sapi. Ia menganggap suaminya dan orang-orang didesa ini yang memujinya sudah tidak waras.
“ Bapak ini apa sudah gila ya.” Bu Trimo marah - marah pada suaminya.”Kok bisa-bisanya sapi tujuh dijual semua Cuma buat beli daun gede begitu.”
Dengan tenang Pak Trimo meneruskan makan siangnya,” Lha ya biar tho, bu. Nanti kita beli sapi lagi kalau sawah kita panen. Lagi pula yang aku jual itu sapi yang laki-laki. Yang perempuan kan lagi hamil sebentar lagi juga beranak.”
“Aku pikir dulu yang beli pohon seperti itu ya cuma Londo Edan. Eh...........ternyata ini malah bapak yang jadi Londo edannya.
Pak Trimo menanggapi istrinya dengan tenang seolah tanpa dosa,” Lha mbok ya sudah tho bu. Biarpun ibu marah-marah toh sapinya sudah terlanjur aku jual dan pohonnya sudah di beli. Mbokya diterima saja.”
“E......e......e lha kok enak’e. Ya ndak bisa gitu. Pokoknya ibu ndhak terima ini Pak.”
“Kalau ndhak terima ya sudah.” Dengan santainya Pak Trimo menjawab istrinya dan meninggalkan meja makan yang masih berantakan, langsung kehalaman depan untuk memandangi pohon kesayangannya itu bersama-orang-orang desa yang datang silih berganti.
Bu Trimo ingin memberi pelajaran pada suaminya dan juga orang-orang didesanya yang sangat memuja pohon konyol tersebut. Ia sudah membuat rencana yang akan mulai dijalankannya subuh nanti.Sebelum semua orang bangun bu Trimo sudah sibuk di dapur untuk memasak sarapan buat seluruh anggota keluarganya. Kali ini ia siapkan sarapan istimewa bagi Pak Trimo.
Begitu Pak Trimo bangun dan sholat subuh istrinya langsung menyambut dengan secangkir kopi dan sepiring makanan kecil yang dia hidangkan. Pak Trimo agak heran dengan makanan yang dihidangkan kali ini yang disebut bu Trimo sebagai lumpia daging sapi fatamorgana.
“Lha ini makanan apa tho bu, sepertinya baru kali ini aku lihat. Seperti lumpia tapi kok besar sekali.”
“Itu resep baru, hasil modifikasi ibu, namanya lumpia daging sapi fatamorgana.Dicoba, pak” bu Trimo menyodorkan sepiring lumpia pada suaminya.
“Uenak..........gurih..........wah, pinter tenan ibu ini. Rasanya ndak seperti daging sapi.”
“Lha itu.........itu makanya aku kasih nama Lumpia daging sapi fatamorgana, jadi daging sapinya itu ndak ada pak.”
“Kalau ndak ada kenapa namanya pakai daging sapi.”
“Karena asalnya dari daging sapi Pak.”
“ Sik.......sik...........aku kok jadi curiga ini, maksudnya ibu itu apa tho.’Pak trimo segera menyadari ada yang tidak beres dari pembicaraan istrinya
“Maksud ibu isinya itu dibuatnya dari daun yang kemarin bapak beli itu.”
“Lha kok bisa.”
“Iya .........tadi pagi semua daunnya tak petik’i sampai habis, terus tak iris-iris..............”.
“Waduh bu................,” raut muka Pak Trimo jadi memelas seperti anak kecil yang kehilangan mainannya, ia mengiba-iba pada istrinya,”Sudah bu, sudah jangan dilanjutkan lagi ceritanya ndak kuat aku dengarnya bu.”
“Oh..........ndak bisa..........masih mangkel aku ini pak. Jadi......ya........ habis tak iris terus tak rebus dan tak ulek sampai alus.” Roman muka bu Trimo terlihat puas akhirnya bisa melampiaskan kekesalannya selama ini pada suaminya.
Pak Trimo nangis sesenggukan mendengar istrinya cerita,”Tega kamu bu......” Saking terkejutnya Pak Trimo akhirnya jatuh pingsan begitu tahu kalau daging sapi fatamorgana yang dimaksud istrinya adalah daun gelombang cinta yang kemarin baru dibelinya. Bu Trimo memang memetik semua daun pada pohon gelombang cinta kebanggan suaminya itu hingga habis dan tak tersisa satupun.

DAFTAR ISTILAH Wong Kenthir=orang gila
Sampeyan iki edan opo, yu=kamu ini gila apa, kak
bojone sampeyan= suami kamu
Londo Edan=Orang Belanda dijaman penjajahan yang gila
lha kok enak’e=kok ke-enakan
mangkel=marah,sebel,dendam,kesal