Kamis, 23 April 2009

Legenda Putri Tujuh (RIAU)

Peperangan hanya akan menyengsarakan kedua belah pihak, baik yang menang ataupun yang kalah.


Kerajaan Seri Bunga Tanjung dipimpin oleh seorang ratu perempuan bernama Ratu Cik Sima . Sang ratu mempunyai tujuh orang putri yang cantik jelita. Walaupun seorang wanita namun Ratu Cik Sima dapat memimpin kerajaan dengan arif dan bijaksana. Rakyat hidup makmur berkecukupan. Negeri Seri Bunga TAnjung terkenal sebagai negeri yang damai.
Kemasyuran negeri Seri Bunga Tanjung dan juga kecantikan ketujuh putri Ratu Cik Sima sudah tersiar ke mana-mana. Bahkan ke negeri seberang yang cukup jauh tempatnya. Kabar ini telah membawa Pangeran Empang Kuala untuk membuktikan sendiri kebenarannya. Maka dengan menaiki kapal kerajaan yang diikuti oleh puluhan pengawalnya, Pangeran Empang Kuala pergi ke negeri Seri Bunga Tanjung.
Ketika kapal sudah berlabuh di pelabuhan Seri Bunga TAnjung PAngeran Empang Kuala beserta pengawalnya menyamar sebagai orang biasa. Sehingga mereka bisa dengan leluasa menikmati keindahan negeri Seri BUnga Tanjung sekaligus membuktikan keberadaan Tujuh orang putrid ratu Cik Sima yang cantik jelita.
Setelah menjelajah negeri tersebut selama beberapa hari sampailah rombongan tersebut di sebuah sungai yang airnya sangat jernih. Setelah beberapa saat mata mereka tertuju pada sebuah pemandian di dekat sarang Umai (LAndak). Dengan tergagap pangeran menunjuk kearah pemandian untuk memberitahukan yang lainnya,” Li....li.....hat lah d....... d..... di.......umai.”
Konon sejak itu daerah tersebut dikenal dengan nama Dumai. Rupanya pangeran melihat tujuh orang wanita cantik yang sedang mandi di pemandian dekat sarang umai tersebut. Lama rombongan tersebut mengamati ketujuh putri cantik tersebut secara diam-diam dari balik semak belukar dipinggiran sungai.
Rupanya hati pangeran telah tertambat pada salah seorang dari mereka. MAka para pengawal segera mencari tahu siapa wanita cantik yang di suka oleh pangeran tersebut. Setelah mendapat informasi bahwa ketujuh putri cantik itu adalah ke tujuh putrid ratu sima dan wanita yang di suka oleh pangeran adalah putrid Bungsu maka rombongan tersebut secara resmi melamar secara adat kerajaan Empang Kuala. Pangeran dan rombongan kini tidak lagi menyamar. Mereka secara terang-terangan datang sebagai rombongan kerajaan Empang Kuala.
“Kami seluruh negeri Seri Bunga Tanjung merasa tersanjung dengan lamaran ini. Akan tetapi sesuai dengan adat dinegeri kami tidak akan bisa putri bungsu menikah terlebih dahulu sebelum kakak-kakanya.” Demikianlah jawaban bijaksana dari ratu Cik Sima kepada rombongan dari Negeri Empang Kuala tersebut.
Mendengar jawaban yang demikian PAngeran Empang Kuala marah besar. Segera ia menyatakan perang dan mengirim utusan kenegerinya untuk menambah pasukan guna menyerang negeri Seri Bunga Tanjung. Menghadapi ancaman tersebut ratu Cik Sima segera mengungsikan ketujuh putrinya disebuah gua dengan membekali mereka bahan makanan yang cukup untuk tiga bulan lamanya.
Perang yang terjadi sangatlah tidak berimbang. PAsukan negeri Seri Bunga Tanjung sangatlah sedikit dibanding dengan pasukan dari negeri Empang Kuala. Semakin hari korban yang berjatuhan semakin banyak . Bukan saja dari prajurit istana tapi juga dari rakyat jelata yang tidak berdosa. TAk terasa perang tersebut sudah berjalan selama empat bulan. PAsukan negeri Empang Kuala sudah hamper menguasai negeri Seri Bunga Tanjung.
Melihat keadaan yang demikian ratu Cik Sima segera meminta bantuan pada Jin sahabatnya yang bertapa disebuah bukit. Konon hingga sekarang bukit tempat jin tersebut bertapa dikenal dengan nama Bukit Jin. Dengan kekuatannya yang hebat pasukan dari negeri Empang Kuala bisa dikalahkan oleh Jin tersebut dengan mudah.
Negeri Seri Bunga Tanjung kembali aman dan damai. Kemudian Ratu Cik Sima segera menjemput ketujuh putrinya di gua. Betapa terkejutnya Sang Ratu. Ketujuh putrinya telah mati secara mengenaskan. Baru teringat olehnya kalau bekal makanan yang disediakannya hanyalah cukup untuk tiga bulan sementara mereka harus tinggal dalam gua tersebut selama empat bulan. Hingga saat ini gua tersebut dikenal sebagai gua putri tujuh yang sekarang dijadikan sebagai kilang minyak.

PESAN MORAL
Apapun hasilnya peperangan hanya akan menimbulkan kesengsaraan, walaupun akhirnya Ratu Sima memenangkan peperangan tapi ia harus menerima kenyataan ketujuh putrinya meninggal yang secara tidak langsung disebabkan oleh peperangan yang terjadi.

2 komentar: