Senin, 04 Mei 2009

Alo dan Ala

BANTEN
Dua orang saudara kandung bisa terpisah hanya karena harta. Ini terjadi pada Alo dan Ala. Sudah sejak lama kedua orang tua mereka meninggal. Saat itu Ala yang masih kecil tidak mengerti tentang harta orang tua mereka. Sedangkan Alo si kakak mengambil kesempatan baik ini ,ia memang mempunyai sifat yang buruk. Alo menguasai harta peninggalan kedua orang tua mereka. Ia menikmatinya seorang diri. Diusirnya Ala dari rumah mereka.
Sementara Ala si Adik adalah seorang anak yang baik. Walaupun diperlakukan tidak adil oleh kakaknya, ia tidak menyimpan dendam sedikit pun. Ala hidup sangat sederhana di sebuah gubuk dipinggiran desa. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya ia mencari kayu bakar dihutan untuk dijual ke pasar.
Sebenarnya Alo tahu kalau adiknya hidup serba kekurangan, namun ia tidak mempedulikannya. Jangankan memberi uang, menengok adiknya pun tidak. Alo sibuk dengan foya-foya menghambur-hamburkan harta kekayaannya.. Setiap hari kerjanya berjudi dan mabuk-mabukan.
Suatu hari, hujan turun dengan derasnya. Sejak pagi hingga siang hari tidak juga reda. Gubuk reyot milik Ala tidak cukup kuat menahan air hujan yang begitu deras. Hingga akhirnya atap yang terbiuat dari daun rumbia tersebut roboh. Mau tidak mau Ala harus mencari tempat berteduh paling tidak untuk malam ini. Untunglah ia teringat pada sebuah gua yang sering dilewatinya sepanjang hari. Walaupun sebenarnya ia sendiri belum pernah masuk kesana.
“Aku akan tinggal dalam gua itu, paling tidak untuk malam ini, besok pagi kalau hujan sudah reda aku akan memperbaiki rumah ini.” Pikir Ala. Sebelum pergi dibawanya ubi rebus sebagai bekal. Dalam rintiknya hujan Ala berlari menuju gua didalam hutan.
Sesampainya digua, Ala langsung masuk. Ia berjalan ke dalam untuk mencari tempat istirahat. Semakin ia berjalan kearah dalam, suasana didalam gua tersebut semakin terang. Hingga akhirnya Ala melihat emas permata berserakan kemana-mana. Karena kelelahan akhirnya Ala tertidur, sementara bekal ubi yang dibawanya ia letakkan disamping tubuhnya.
Dalam tidurnya Ala bermimpi. IA seperti berada dalam sebuah istana yang dipenuhi oleh peri-peri yang cantik jelita. Disana Ala disambut dengan ramah oleh mereka. “ Selamat datang di istana kami Ala.” Kata salah satu peri yang tercantik.
“Dimana aku sekarang “ Tanya Ala. Sepertinya ia terkagum-kagum pada apa yang dilihatnya.
“ Kau berada diistana peri Ala. Anggaplah seperti dirumahmu sendir. Oh ya, terima kasih atas oleh-olehnya.”
“Oleh-oleh apa?”
“ Ubi ini,” jawab peri sambil menunjukkan bungkusan ubi yang tadi dibawa oleh Ala sebagai bekal.” KAmi bangsa peri disini sangat suka dengan ubi. Bukankah ini sengaja kau bawa untuk kami. Sebagai gantinya silahkan kau ambil apa saja yang kau mau dari istana ini. Emas…. Permata…… atau apa saja yang kau inginkan, ambillah sesukamu.”
Ala mengangguk mengiyakan. PAndangannya tertuju pada sebuah bokor kayu yang terletak di ujung ruangan tersebut. Bentuknya sangat indah. “ Kalau diijinkan aku ingin memiliki bokor kayu itu.” Pinta Ala pada ratu peri.
“Tentu saja boleh Ala. Bokor ini adalah bokor ajaib, kau boleh meminta apa saja dengan mengucapkan permintaanmu .”
Ketika terbangun bungkusan ubi yang dibawa Ala telah berganti menjadi bokor kayu yang di lihatnya dalam mimpi. Ala pun segera pulang kerumahnya. Dalam perjalanan ia teringat akan mimpinya semalam. MAka Ala pun meminta pada bokor tersebut agar rumahnya menjadi bagus .
Betapa terkejutnya Ala ketika sampai dirumahnya, gubuk reyot yang kemarin rusak kini telah berubah menjadi sebuah rumah yang bagus. Kini kehidupan Ala telah berubah. Perubahan ini juga terdengar oleh Alo, kakanya. Diam-diam Alo mencari tahu dari mana semua kekayaan Ala.
Setelah beberapa hari menyelidiki tahulah Alo sumber kekayaan Ala. Diam-diam ia mencuri bokor kayu milik Ala. Sesampainya dirumah ia berkata pada bokor kayu,”Wahai bokor kayu berikan aku emas yang banyak sekali.”
Seketika itu juga emas berhamburan keluar dari bokor kayu. Alo yang serakah sangat girang. Tanpa disadarinya tubuhnya telah tertutup sebagian oleh timbunan emas. Namun ia masih saja terbuai dengan emas yang berlimpah. Semakin lama emas tersebut semakin banyak, tubuh Alo sudah terbenam hingga leher. Ketika sadar ia berteriak minta tolong. Untunglah Ala segera datang. Iapun menyuruh bokor kayu menghentikan mengeluarkan emas. Sejak saat itu Alo menyadari semua kesalahannya dan menjadi orang yang tidak lagi serakah .

PESAN MORAL :
KEUTUHAN TALI PERSAUDARAAN HARUS SELALU DIJAGA DARI SIFAT SERAKAH DAN IRI HATI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar