Jumat, 31 Juli 2009

Gelombang Cinta

ditulis: Astri Damayanti

Tidak ada satupun rumah di desa Bondan Sari yang tidak punya Pohon Gelombang Cinta. Tanaman anthurium yang satu ini seolah menjadi tanaman wajib didesa itu. Belum bisa dibilang orang kaya didesa itu kalau belum punya pohon Gelombang Cinta yang besar walaupun ada jenis lain dari pohon anthurium yang berada di halaman rumah mereka..
Ukuran kasta di desa ini seolah telah ditentukan oleh keberadaan pohon Anthurium. Kalau dirumahnya hanya ada pohon gelombang cinta kecil berarti termasuk pada golongan menengah kebawah dan begitu sebaliknya. Pokoknya semakin besar pohon Anthurium yang dipajang di kebun rumah seseorang maka orang itu boleh dibilang semakin kaya.

Bukan berarti pohon ini yang mendatangkan uang sehingga orang akan menjadi kaya kalau memilikinya,tapi harga pohon ini yang mencapai jutaan rupiah. Harganya jauh melebihi emas. Sampai-sampai pemilik pohon ini harus selalu mengamankan hartanya yang satu ini dari incaran maling.
Setiap malam pohon ini dimasukkan di dalam rumah, pengamannya sama dengan sepeda motor, harus dikunci pakai gembok bahkan ada yang sampai diberi alarm. Jaman sudah terbalik, kalau dulu di desa ini orang menganggap sapi sebagai harta benda yang berharga, justru sekarang sapi dibiarkan begitu saja dikandang pada malam hari, karena tidak ada juga pencuri yang tertarik pada sapi, bahkan sepeda motor pun aman. Kalaupun ada perampokan sekarang ini justru orang memilih merampok pohon Gelombang Cinta.

Pak Trimo dulu memang mantan Lurah di desa ini. Jadi tidaklah mengherankan kalau ia termasuk salah satu orang terkaya . Sawahnya saja ada lima hektar, mobilnya ada dua belum lagi sapinya yang ada di kandang belakang rumahnya ada sepuluh ekor. Semua hartanya itu sekarang ini tidak bisa menjamin dirinya dibilang orang terkaya di desa itu karena ia belum punya pohon gelombang cinta yang besar.

“Lha…… ini baru namanya tanaman eksklusive yang bisa meningkatkan harkat dan martabat,” Pak Trimo terkagum-kagum pada pohon gelombang cinta yang ia lihat pada lembaran koran lokal yang dibacanya. ” Coba lihat bu, belum ada orang yang punya pohon begini di desa kita.” Dengan semangat ia memperlihatkan gambar itu pada istrinya, sampai-sampai ia menjulurkan kepalanya hingga hampir bersentuhan dengan kepala istrinya.

“ Ya mana bisa aku lihat, lha wong bapak malah nutupi begitu,”
Pak Trimo menarik kepalanya sambil tersenyum dan akhirnya ia menyeruput kopi yang sudah hampir dingin. “Gimana bu, hebat tho.”
“ Hebat……apanya yang hebat……..lha wong cuma pohon sama daun yang lebar-lebar begini kok dibilang hebat.”
“Lha justru itu, daunnya yang lebar itu yang hebat bu.”
“ Hebat itu kalau berbunga lebat atau berbunga duit.”
“Sudah ndak jaman itu bu, pohon bagus dilihat dari bunganya. Pokoknya bapak mau beli pohon ini, kebetulan nanti nurserinya ini ada juga lho di pameran di alun-alun kabupaten.”
“Lha terus harganya berapa itu pak?”
“Ibu ini pakai tanya harga, kalau beli pohon ini ndak usah mikir harga. Kalau Bapak suka ya berapa saja akan bapak bayar.”
“ Wong Kenthir ………”
Dikebunnya Pak Trimo ada beberapa koleksi anthurium seperti Jemani, huckery dan juga Gelombang Cinta .Tapi semuanya masih kecil-kecil. Ia ingin punya gelombang cinta yang besarnya melebihi pohon Pak Seno, Lurah Bondan Sari sekarang Tapi harganya sangat mahal. Ia harus rela menjual sebuah mobilnya atau beberapa ekor sapinya untuk mendapatkan pohon itu. Tapi ia tahu istrinya pasti akan sangat marah kalau hal tersebut dilakukannnya.
Hingga pada suatu hari akhirnya Pak Trimo nekat untuk menjual secara diam-diam tujuh ekor sapinya yang besar-besar untuk membeli pohon gelombang cinta.
“Sur…..besur,” Pak Trimo berteriak-teriak mengelilingi halaman belakang mencari tukang kebun kepercayaannya.
“Ada apa Pak,” Besur datang dengan tergopoh karena ia tahu juragannya ini akan marah kalau ia tidak segera muncul.
“Kamu bawa tujuh sapi yang dikandang pakai truk,” Pak Trimo berkata sembari berbisik ditelinga Besur,” Trus kamu jual ke pasar hewan di Kecamatan.”
“Lha…..untuk apa tho Pak. Nanti kalau ketahuan ibu malah saya yang dikira maling.”
“Makanya cepet, biar ndak ketahuan ibu. Pokoknya nanti sebelum ibu pulang pasar kamu harus sudah selesai ngangkuti sapi itu kedalam truk trus langsung berangkat ke pasar hewan. Nanti aku nyusul ke sana.”
Begitu uang hasil penjualan sapi itu berada ditangannya maka Pak Trimo segera bergegas ke pameran tanaman hias di kota Kabupaten untuk membeli tanaman kebanggaannya itu.
“Wah ………ini……..baru yang namanya gelombang cinta beneran ,Pak.” Besur terkagum-kagum ketika melihat pohon-pohon anthurium yang besar-besar yang selama ini tidak pernah ada didesanya.” Pantas bapak langsung jual sapi. Hebat ini Pak”
Pak Trimo merasa sangat tersanjung. Ini baru di puji Besur apalagi kalau nanti seisi desa sudah tahu. Semua orang pasti tak akan habis-habisnya menyanjung pak Trimo.Sekarang Pak Trimo boleh merasa bangga karena Pohon Gelombang Cinta miliknya adalah pohon terbesar yang ada didesanya.
Sejak pohon itu datang dengan diantar mobil pick-up semua perhatian penduduk didesa sudah tertuju pada pohon itu. Begitu tanaman tersebut ditempatkan disebuah pot besar yang berkaki tinggi ,dihalaman rumah Pak Trimo yang luas dan diikat dengan rantai serta digembok, orang-orang dari seluruh penjuru desa tak henti-hentinya datang untuk melihatnya.
“ Pak Trimo beli gelombang cinta raksasa,” begitu kabar yang tersiar di seluruh penjuru desa. Dengan cepatnya kabar itu sudah beredar dari mulut-kemulut. Seisi desa tua, muda, besar, kecil berduyun-duyun menuju rumah Pak Trimo.
Semua orang berdecak kagum dan memuji kehebatan Pak Trimo karena bisa mendapatkan pohon Gelombang Cinta terbesar yang pernah mereka lihat dan berbagai komentar pun bermunculan.
“Harganya ini pasti mahal ya.”
“Pasti ratusan juta”
“Katanya Pak Trimo jual sapi Tujuh.”
“Hebat Pak Trimo ini.”
“Wah.........pohonnya gagah. Sudah tinggi besar potnya juga besar pakai kaki tinggi lagi. Ndak ada pohon segagah ini.” Yu Sarju tetangga sebelah rumah Pak Trimo terkagum kagum dengan pemandangan baru disamping rumahnya.
“Sampeyan iki edan opo, yu, lha wong pohon kok gagah. Gagah mana sama bojone sampeyan?”
“Lha kalau kita, ini bisa buat makan sepuluh tahun.”
“Lha wong potnya saja bisa buat kita makan sekeluarga selama tiga bulan
“Iya…..ya……sayang kalau duit segitu banyak cuma buat beli pohon.”
“Mau keluar duit berapa saja yang penting kan dapat pujian orang sedesa”
“Lha kalau aku ya mikir-mikir.”
****************************
Kegembiraan dan kebanggan Pak Trimo kali ini bertolak belakang dengan perasaan yang kini dirasakan oleh istrinya. Bu trimo sangat marah dan menganggap suaminya sudah gila karena menghamburkan uang sebegitu banyaknya hanya untuk membeli sebuah pohon. Bagi bu Trimo harga dari sebatang pohon itu tidak sebanding dengan harga se ons daging sapipun yang dibelinya dipasar apalagi ini untuk mendapatkannya suaminya harus menjual tujuh ekor sapi. Ia menganggap suaminya dan orang-orang didesa ini yang memujinya sudah tidak waras.
“ Bapak ini apa sudah gila ya.” Bu Trimo marah - marah pada suaminya.”Kok bisa-bisanya sapi tujuh dijual semua Cuma buat beli daun gede begitu.”
Dengan tenang Pak Trimo meneruskan makan siangnya,” Lha ya biar tho, bu. Nanti kita beli sapi lagi kalau sawah kita panen. Lagi pula yang aku jual itu sapi yang laki-laki. Yang perempuan kan lagi hamil sebentar lagi juga beranak.”
“Aku pikir dulu yang beli pohon seperti itu ya cuma Londo Edan. Eh...........ternyata ini malah bapak yang jadi Londo edannya.
Pak Trimo menanggapi istrinya dengan tenang seolah tanpa dosa,” Lha mbok ya sudah tho bu. Biarpun ibu marah-marah toh sapinya sudah terlanjur aku jual dan pohonnya sudah di beli. Mbokya diterima saja.”
“E......e......e lha kok enak’e. Ya ndak bisa gitu. Pokoknya ibu ndhak terima ini Pak.”
“Kalau ndhak terima ya sudah.” Dengan santainya Pak Trimo menjawab istrinya dan meninggalkan meja makan yang masih berantakan, langsung kehalaman depan untuk memandangi pohon kesayangannya itu bersama-orang-orang desa yang datang silih berganti.
Bu Trimo ingin memberi pelajaran pada suaminya dan juga orang-orang didesanya yang sangat memuja pohon konyol tersebut. Ia sudah membuat rencana yang akan mulai dijalankannya subuh nanti.Sebelum semua orang bangun bu Trimo sudah sibuk di dapur untuk memasak sarapan buat seluruh anggota keluarganya. Kali ini ia siapkan sarapan istimewa bagi Pak Trimo.
Begitu Pak Trimo bangun dan sholat subuh istrinya langsung menyambut dengan secangkir kopi dan sepiring makanan kecil yang dia hidangkan. Pak Trimo agak heran dengan makanan yang dihidangkan kali ini yang disebut bu Trimo sebagai lumpia daging sapi fatamorgana.
“Lha ini makanan apa tho bu, sepertinya baru kali ini aku lihat. Seperti lumpia tapi kok besar sekali.”
“Itu resep baru, hasil modifikasi ibu, namanya lumpia daging sapi fatamorgana.Dicoba, pak” bu Trimo menyodorkan sepiring lumpia pada suaminya.
“Uenak..........gurih..........wah, pinter tenan ibu ini. Rasanya ndak seperti daging sapi.”
“Lha itu.........itu makanya aku kasih nama Lumpia daging sapi fatamorgana, jadi daging sapinya itu ndak ada pak.”
“Kalau ndak ada kenapa namanya pakai daging sapi.”
“Karena asalnya dari daging sapi Pak.”
“ Sik.......sik...........aku kok jadi curiga ini, maksudnya ibu itu apa tho.’Pak trimo segera menyadari ada yang tidak beres dari pembicaraan istrinya
“Maksud ibu isinya itu dibuatnya dari daun yang kemarin bapak beli itu.”
“Lha kok bisa.”
“Iya .........tadi pagi semua daunnya tak petik’i sampai habis, terus tak iris-iris..............”.
“Waduh bu................,” raut muka Pak Trimo jadi memelas seperti anak kecil yang kehilangan mainannya, ia mengiba-iba pada istrinya,”Sudah bu, sudah jangan dilanjutkan lagi ceritanya ndak kuat aku dengarnya bu.”
“Oh..........ndak bisa..........masih mangkel aku ini pak. Jadi......ya........ habis tak iris terus tak rebus dan tak ulek sampai alus.” Roman muka bu Trimo terlihat puas akhirnya bisa melampiaskan kekesalannya selama ini pada suaminya.
Pak Trimo nangis sesenggukan mendengar istrinya cerita,”Tega kamu bu......” Saking terkejutnya Pak Trimo akhirnya jatuh pingsan begitu tahu kalau daging sapi fatamorgana yang dimaksud istrinya adalah daun gelombang cinta yang kemarin baru dibelinya. Bu Trimo memang memetik semua daun pada pohon gelombang cinta kebanggan suaminya itu hingga habis dan tak tersisa satupun.

DAFTAR ISTILAH Wong Kenthir=orang gila
Sampeyan iki edan opo, yu=kamu ini gila apa, kak
bojone sampeyan= suami kamu
Londo Edan=Orang Belanda dijaman penjajahan yang gila
lha kok enak’e=kok ke-enakan
mangkel=marah,sebel,dendam,kesal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar